Akurasi GeoLiDAR dalam Pengukuran Volume Stockpile pada Tambang Terbuka

  1. Pendahuluan

Pengukuran volume stockpile merupakan salah satu kegiatan penting dalam industri pertambangan terbuka (open-pit mining). Ketepatan data volume sangat menentukan akurasi perhitungan cadangan, perencanaan produksi, hingga penghitungan nilai ekonomi material tambang. Pada praktik tradisional, pengukuran volume banyak dilakukan dengan metode total station, GPS, atau fotogrametri drone. Namun, kemunculan teknologi GeoLiDAR (Geospatial Light Detection and Ranging) menawarkan cara yang jauh lebih cepat, presisi, dan efisien dalam memodelkan permukaan stockpile. GeoLiDAR bekerja dengan memancarkan pulsa laser ke permukaan objek dan mengukur waktu kembali (time of flight) untuk menentukan posisi titik. Hasilnya berupa point cloud 3D berkerapatan tinggi sehingga sangat ideal untuk pemodelan bentuk dan volume stockpile. Artikel ini membahas akurasi GeoLiDAR, faktor-faktor yang memengaruhi ketelitian, serta kelebihannya dibanding metode konvensional.

  1. Apa Itu GeoLiDAR?

GeoLiDAR adalah sistem pemindaian laser berbasis geospasial yang digunakan untuk menghasilkan data elevasi dan bentuk permukaan secara detail. GeoLiDAR dapat dipasang pada:  ALS (Airborne LiDAR System): Pesawat/helikopter, UAV LiDAR (drone), TLS (Terrestrial LiDAR Scanner): tripod, MLS (Mobile LiDAR): kendaraan, LiDAR SLAM: handheld/backpack.

 

  1. Mengapa GeoLiDAR Cocok untuk Pengukuran Stockpile?

Beberapa alasan utama:

  1. Akurasi Centimeter: Data point cloud yang dihasilkan memiliki error kecil (1–3 cm), memungkinkan perhitungan volume secara tepat.
  2. Mampu Memodelkan Bentuk Kompleks: Stockpile biasanya tidak beraturan. GeoLiDAR dapat menangkap:
  1. permukaan curam
  2. ekukan permukaan
  3. tumpukan material yang tidak seragam

 

  1. Cepat dan Efisien
  1. Area 10–20 hektar bisa dipetakan dalam hitungan menit.
  2. Proses manual survei jauh lebih lambat dan berisiko.
  1. 4.Aman untuk Surveyor

Tidak perlu naik ke tumpukan material (mengurangi risiko longsoran).

5.Proses Pengukuran Volume Stockpile dengan GeoLiDAR

  1. Akuisisi Data: Drone atau TLS dipasang di lokasi dan memindai stockpile untuk menghasilkan jutaan titik 3D.
  1. Klasifikasi Point Cloud:

Memisahkan:

  1. ground points (tanah)
  2. objek lain (alat berat, pekerja)
  3. material stockpile
  4. Pembuatan Model Permukaan

Dibuat menjadi:

  1. DTM (Digital Terrain Model) – permukaan dasar sebelum stockpile
  2. DSM (Digital Surface Model) – permukaan stockpile saat pemindaian

4.Perhitungan Volume

Volume dihitung dari: Volume= DSM-DTM (Menghasilkan nilai volume dengan presisi tinggi)

6.Faktor yang Mempengaruhi Akurasi

Beberapa faktor yang menentukan hasil akhir:

  1. Kerapatan Point Cloud

Semakin rapat titik LiDAR (ppsm), semakin detail bentuk stockpile yang terekam.

  1. Kualitas Kalibrasi Sensor

IMEU, GPS, dan sensor orientasi harus dikalibrasi baik.

  1. Metode Klasifikasi

Kesalahan dalam memisahkan ground–stockpile dapat menyebabkan kesalahan volume.

  1. Kondisi Cuaca

Hujan dan kabut dapat memengaruhi sensor, terutama drone.

  1. Penggunaan Ground Control Points (GCP)

GCP meningkatkan ketelitian relatif model permukaan.

7.Tantangan Penggunaan GeoLiDAR

Meski sangat akurat, penggunaan GeoLiDAR memiliki beberapa kendala:

  1. Harga perangkat dan sensor yang tinggi
  2. Perlu operator yang terlatih
  3. Proses klasifikasi data cukup kompleks
  4. Membutuhkan software khusus

Namun, biaya yang relatif tinggi sebanding dengan efisiensi waktu dan ketelitian yang diperoleh.

8.Kesimpulan

GeoLiDAR terbukti memberikan tingkat akurasi sangat tinggi dalam pengukuran volume stockpile pada tambang terbuka. Teknologi ini unggul dalam:

  1. kecepatan pemetaan
  2. detail permukaan
  3. keamanan kerja
  4. akurasi hitungan volume

Dengan hasil lebih presisi (error <2%), GeoLiDAR menjadi teknologi yang sangat direkomendasikan dalam industri pertambangan modern, terutama untuk kebutuhan monitoring bulanan, audit, rekonsiliasi produksi, dan perhitungan material secara real-time.

 

Bagaimana GeoLiDAR Bekerja? Penjelasan Sederhana untuk Pemula

  1. Pendahuluan

Dalam dunia pemetaan modern, nama GeoLiDAR sering terdengar sebagai teknologi pemindaian paling canggih untuk menghasilkan data 3D secara cepat dan akurat. Meskipun terdengar teknis, cara kerja GeoLiDAR sebenarnya sangat sederhana dan dapat dijelaskan dengan analogi sehari-hari. Artikel ini membahas apa itu GeoLiDAR, bagaimana cara kerjanya, serta mengapa teknologi ini penting untuk pemetaan dan analisis geospasial.

  1. Apa Itu GeoLiDAR?

GeoLiDAR (Geospatial Light Detection and Ranging) adalah teknologi pemetaan yang menggunakan laser untuk mengukur jarak dan membentuk model permukaan bumi dalam bentuk point cloud 3D.

Secara sederhana:

  1. GeoLiDAR = pemindai laser + sensor posisi (GPS/IMU) + komputer pengolah data
  2. Hasilnya = peta 3D yang sangat detail

GeoLiDAR dapat dipasang pada:

  1. Drone / UAV
  2. Pesawat
  3. Tripod (TLS)
  4. Kendaraan (Mobile LiDAR)
  5. Perangkat handheld berbasis SLAM

 

  1. Cara Kerja GeoLiDAR: Penjelasan Sederhana
  1. Tahap 1 Laser Dipancarkan: Sensor LiDAR memancarkan ribuan hingga jutaan sinar laser dalam satu detik.
    Analogi: seperti menembakkan “senter cahaya” ke semua arah.
  2. Tahap 2 Laser Memantul dari Objek: Ketika sinar mengenai permukaan (tanah, pohon, bangunan), cahaya akan memantul kembali ke sensor.

Analogi: seperti berteriak di pegunungan dan mendengar gema.

  1. Tahap 3 Menghitung Waktu Perjalanan Cahaya: Sensor menghitung Time of Flight (ToF): berapa lama laser pergi–balik. Karena kecepatan cahaya tetap, jarak objek dapat dihitung dari waktu tersebut.
  2. Tahap 4 sensor GPS dan IMU Menentukan Posisi dan Orientasi: Agar titik-titik memiliki koordinat presisi, sistem GeoLiDAR juga mengukur:
  3. posisi sensor (GPS RTK)
  4. arah gerakan (IMU: gyroscope, accelerometer)
  5. Tahap 5 — Menghasilkan Point Cloud 3D

Setiap sinar laser menjadi 1 titik koordinat (X, Y, Z).
Jutaan titik membentuk model 3D lengkap dari area yang dipindai.

Hasil akhirnya adalah:

  1. bentuk permukaan tanah
  2. bangunan
  3. vegetasi
  4. kontur 3D
  5. volume objek
  1. Mengapa GeoLiDAR Sangat Akurat?
  1. Menghasilkan titik sangat banyak (hingga jutaan/detik): Semakin banyak titik → semakin detail model permukaan.
  2. Tidak tergantung cahaya: Tidak tergantung cahaya
  3. Mampu menembus vegetasi: Laser dapat melewati celah dedaunan, sehingga mampu merekam permukaan tanah di bawah hutan fitur yang tidak dimiliki kamera drone.
  4. Akurasi centimeter

Error posisi bisa < 3 cm pada kondisi ideal.

  1. Apa yang Bisa Dilakukan GeoLiDAR?

Berikut contoh fungsi utama:

  1. Pemetaan Topografi
  2. Analisis Kebencanaan
  3. Pemetaan Hutan
  4. Pertambangan
  5. Konstruksi & Infrastruktur
  1. Kesimpulan

GeoLiDAR adalah teknologi pemetaan 3D berbasis laser yang sangat akurat, cepat, dan efektif. Cara kerjanya sederhana. Memancarkan laser → laser memantul → sensor menghitung jarak → menghasilkan model 3D. Dengan kemampuannya merekam detail permukaan bumi secara presisi, GeoLiDAR menjadi fondasi penting menuju era pemetaan digital dan pengelolaan ruang berbasis data 3D.

 

Pemanfaatan GeoLiDAR untuk Deteksi Vegetasi dan Estimasi Biomassa Hutan

Pendahuluan

Ketersediaan data spasial yang akurat mengenai vegetasi hutan sangat penting untuk pengelolaan sumber daya alam, konservasi, mitigasi perubahan iklim, serta perhitungan stok karbon. Seiring berkembangnya teknologi pemetaan, GeoLiDAR (Geospatial Light Detection and Ranging) menjadi salah satu metode paling efektif dalam mendeteksi struktur vegetasi dan mengestimasi biomassa hutan secara cepat, presisi, dan efisien.

GeoLiDAR bekerja dengan memancarkan gelombang laser ke permukaan bumi lalu merekam pantulan sinyal untuk menghasilkan point cloud tiga dimensi. Informasi elevasi yang sangat detail memungkinkan analisis struktur vertikal hutan, seperti tinggi pohon, stratifikasi vegetasi, kepadatan tajuk, hingga volume vegetasi. Data ini sangat diperlukan untuk estimasi biomassa dan pemantauan kesehatan hutan.

Konsep Dasar GeoLiDAR dalam Analisis Vegetasi

Teknologi GeoLiDAR menghasilkan point cloud yang mengandung ratusan ribu hingga jutaan titik per hektar. Setiap titik mewakili intercept laser dengan objek di permukaan tanah, termasuk daun, ranting, batang pohon, maupun permukaan tanah.

Dalam konteks vegetasi, dua parameter utama yang paling penting adalah:

  1. Canopy Height Model (CHM)

CHM diperoleh dari selisih antara:

  1. DSM (Digital Surface Model) → permukaan atas vegetasi/bangunan
  2. DTM (Digital Terrain Model) → permukaan tanah sebenarnya

Model ini sangat berguna untuk menghitung tinggi pohon dan menganalisis struktur tajuk.

  1. Profil Vertikal Vegetasi

GeoLiDAR menangkap pantulan multi-echo, sehingga setiap pulsa laser dapat menghasilkan beberapa titik dari lapisan vegetasi berbeda. Hal ini membuat GeoLiDAR unggul dibanding fotogrametri dalam memetakan hutan yang lebat.

Metodologi Analisis Biomassa Menggunakan GeoLiDAR

  1. Pengolahan Point Cloud

Tahapan awal meliputi:

  1. Import data LAS/LAZ
  2. Klasifikasi titik (ground, vegetation low-medium-high)
  3. Pembuatan DTM, DSM, dan CHM
  4. Ekstraksi tinggi pohon per plot
  5. Pendekatan Estimasi Biomassa

Beberapa metode umum:

  1. Allometric Equation (Paling Umum)

Biomassa dihitung dengan memasukkan parameter:

  1. DBH (diameter at breast height)
  2. Tinggi pohon (hasil CHM)
  3. Faktor jenis pohon

Contoh formula sederhana:
Biomassa = a × (DBH^b) × (H^c)
(di mana a, b, c nilai sesuai jenis vegetasi)

  1. Voxel-Based Biomass Estimation

Point cloud dipadatkan menjadi kubus (voxel) untuk menghitung volume vegetasi. Semakin banyak voxel terisi, semakin tinggi biomassa.

  1. Statistical Regression dan Machine Learning

Menggunakan hubungan antara variabel LiDAR (tinggi, densitas, intensitas) dengan biomassa survei lapangan:

  1. Random Forest
  2. SVM
  3. Gradient Boosting
  4. Deep Learning

Metode ini lebih presisi saat data hutan heterogen.

Hasil & Temuan Umum dari Pemanfaatan GeoLiDAR

Berdasarkan berbagai studi ilmiah, GeoLiDAR mampu memberikan manfaat berikut:

  1. Estimasi Biomassa Lebih Akurat

GeoLiDAR dapat mencapai tingkat akurasi 80–95% untuk biomassa di hutan tropis, terutama jika dikombinasikan dengan data survei lapangan.

  1. Pemetaan Struktural Hutan 3D

LiDAR mampu memodelkan:

  1. Tinggi pohon individual
  2. Kedalaman kanopi
  3. Tingkat tutupan vegetasi
  4. Distribusi vertikal daun

Hal ini penting untuk konservasi satwa, identifikasi area degradasi, dan rehabilitasi.

  1. Deteksi Perubahan Hutan (Change Detection)

Dengan perbandingan data multitemporal, GeoLiDAR dapat:

  1. Mendeteksi deforestasi kecil (< 5 meter perubahan tinggi pohon)
  2. Memantau pertumbuhan tanaman tahunan
  3. Mengidentifikasi kerusakan akibat kebakaran atau illegal logging
  4. Mendukung Estimasi Cadangan Karbon

Biomassa berkorelasi kuat dengan kandungan karbon. Karena itu, estimasi berbasis GeoLiDAR sangat efektif untuk program:

  1. REDD+
  2. MRV (Monitoring, Reporting, Verification)
  3. Penghitungan karbon nasional

 

 

 

 

 

 

Pendahuluan

Longsor merupakan salah satu bencana geologi yang paling sering terjadi di wilayah berbukit dan pegunungan di Indonesia. Faktor penyebabnya meliputi kondisi geologi, kemiringan lereng, jenis tanah, curah hujan, hingga aktivitas manusia. Untuk melakukan identifikasi dini terhadap potensi longsor, diperlukan teknologi pemetaan yang akurat dan mampu menggambarkan kondisi morfologi permukaan secara detail. GeoLiDAR (Geospatial Light Detection and Ranging) hadir sebagai teknologi pemetaan berbasis laser scanning yang menghasilkan model permukaan beresolusi tinggi. Data GeoLiDAR mampu menangkap variasi bentuk lahan, struktur lereng, dan pola aliran air, sehingga sangat efektif dalam analisis kerawanan longsor berbasis morfometri lereng.

Konsep Dasar GeoLiDAR & Morfometri Lereng

Apa itu GeoLiDAR?

GeoLiDAR adalah sistem pemetaan geospasial menggunakan laser untuk menghasilkan point cloud yang merepresentasikan permukaan bumi. Output utamanya mencakup:

  1. DEM (Digital Elevation Model)
  2. DTM (Digital Terrain Model)
  3. DSM (Digital Surface Model)
  4. Hillshade, Slope, Aspect
  5. Kontur resolusi tinggi

Dari data ini, analisis morfometri dapat dilakukan dengan ketelitian tinggi.

Apa itu Morfometri Lereng?

Morfometri lereng adalah analisis kuantitatif bentuk permukaan bumi, khususnya karakteristik lereng yang memengaruhi stabilitas lahan. Parameter utamanya meliputi:

  1. Kemiringan lereng (Slope)
  2. Arah lereng (Aspect)
  3. Kelengkungan lereng (Curvature)
  4. Elevation & Relief
  5. Pola aliran permukaan (Flow Accumulation)
  6. TPI (Topographic Position Index)

Analisis ini penting sebagai dasar deteksi potensi longsor.

Metodologi Evaluasi GeoLiDAR dalam Deteksi Rawan Longsor

  1. Akuisisi dan Pra-proses Data GeoLiDAR

Tahapan awal mencakup:

  1. Pengambilan data LiDAR ALS atau TLS/SLAM sesuai kebutuhan
  2. Filtering point cloud (ground vs non-ground)
  3. Klasifikasi vegetasi, bangunan, dan permukaan tanah
  4. Pembuatan DEM/DTM beresolusi tinggi (0.25–1 meter)

Kualitas data sangat memengaruhi ketepatan analisis morfometri.

  1. Ekstraksi Parameter Morfometri Lereng

Dari data DEM dilakukan perhitungan:

  1. Slope Map: mengidentifikasi area curam yang berpotensi runtuh
  2. Aspect Map: melihat arah lereng terkait pola hujan dan matahari
  3. Profile & Plan Curvature: mendeteksi area cekung/cembung yang mempengaruhi akumulasi air
  4. Flow Accumulation: memetakan jalur aliran permukaan
  5. Ruggedness Index: mengukur tingkat kekasaran permukaan
  6. TWI (Topographic Wetness Index): mengidentifikasi area rawan jenuh air
  1. Overlay Kerawanan Menggunakan GIS

Parameter-parameter morfometri kemudian di-overlay dengan pendekatan pembobotan:

  1. Weighted Overlay
  2. Analytic Hierarchy Process (AHP)
  3. Logistic Regression Spatial
  4. Machine Learning (Random Forest, SVM)

Output akhirnya berupa Peta Zonasi Rawan Longsor:

  1. Kerawanan Rendah
  2. Kerawanan Sedang
  3. Kerawanan Tinggi

Hasil Evaluasi: Keunggulan Penggunaan GeoLiDAR

  1. Detail Morfologi Sangat Tinggi

GeoLiDAR mampu merekam relief permukaan secara akurat meskipun tertutup vegetasi lebat. Hal ini tidak dimiliki oleh citra satelit resolusi menengah.

  1. Deteksi Mikro-topografi

Fitur kecil seperti:

  1. rekahan tanah,
  2. alur erosi kecil,
  3. tebing mikro,
  4. bekas longsoran lama,

dapat teridentifikasi jelas.

  1. Akurasi Kemiringan Lereng yang Sangat Baik

DTM LiDAR memberikan slope calculation presisi tinggi karena:

  • resolusi tinggi,
  • error vertikal sangat kecil (±5–10 cm).
  1. Efisiensi Analisis Kawasan Luas

Area ribuan hektar dapat dipetakan dalam waktu singkat.

Kesimpulan

GeoLiDAR terbukti sangat efektif dalam deteksi kawasan rawan longsor melalui analisis morfometri lereng. Dengan menghasilkan DEM beresolusi tinggi, teknologi ini mampu menggambarkan detail bentuk permukaan bumi yang menjadi faktor utama dalam kerentanan longsor. Integrasi GeoLiDAR dengan parameter morfometri dan teknik analisis spasial mulai dari slope hingga algoritma machine learning memungkinkan penyusunan peta kerawanan yang lebih akurat dan dapat dijadikan dasar perencanaan mitigasi bencana oleh pemerintah daerah maupun konsultan geoteknik.

 

 

 

TechnoGIS Indonesia Berpartisipasi sebagai Sponsor dan Narasumber pada LAMBUMI 2025

TechnoGIS Indonesia kembali menunjukkan komitmennya dalam mendukung perkembangan ilmu kebumian dan literasi geospasial di Indonesia melalui partisipasinya pada Lomba Ilmu Bumi (LAMBUMI) 2025. Kegiatan tahunan ini menjadi salah satu ajang edukasi terbesar yang mempertemukan pelajar, pendidik, serta berbagai pihak yang bergerak dalam bidang geografi dan teknologi kebumian. Pada penyelenggaraan tahun ini, TechnoGIS mengambil peran sebagai sponsor resmi sekaligus narasumber, memberikan kontribusi langsung baik dari sisi penyelenggaraan maupun pengembangan wawasan peserta.

Turut serta TechnoGIS dalam mensukseskan acara

Sebagai sponsor, TechnoGIS Indonesia turut mendukung berlangsungnya kegiatan secara menyeluruh. Dukungan tersebut tidak hanya berbentuk kontribusi terhadap penyelenggaraan acara, tetapi juga dalam bentuk apresiasi kepada para peserta yang berhasil meraih prestasi dalam perlombaan. Keikutsertaan TechnoGIS memberi nilai tambah bagi kegiatan ini, mengingat perusahaan memiliki rekam jejak panjang dalam menghadirkan teknologi geospasial, solusi pemetaan, serta inovasi berbasis drone untuk kebutuhan industri dan pendidikan.

Peran TechnoGIS sebagai narasumber menjadi bagian penting dalam rangkaian acara. Tim dari TechnoGIS menyampaikan materi yang berfokus pada pemanfaatan teknologi geospasial modern serta penerapan drone dalam berbagai sektor, termasuk pendidikan, riset, dan operasional lapangan. Materi tersebut memberikan gambaran nyata mengenai perkembangan teknologi pemetaan dan bagaimana teknologi geospasial semakin relevan dalam berbagai kebutuhan era digital. Dengan pendekatan yang aplikatif, peserta mendapatkan wawasan mengenai bagaimana data spasial dapat diolah, digunakan, dan diintegrasikan dengan berbagai platform teknologi.

LAMBUMI 2025 sebagai salah satu pintu memperkenalkan teknologi pemetaan

Berdasarkan dokumentasi kegiatan, terlihat sejumlah momen penting yang menggambarkan jalannya acara LAMBUMI 2025. Foto-foto yang diabadikan menampilkan suasana auditorium, sesi pemaparan materi dari TechnoGIS, proses penyerahan penghargaan kepada para peserta, serta sesi foto bersama panitia, peserta, dan narasumber. Dokumentasi tersebut memberi gambaran menyeluruh tentang bagaimana kegiatan berlangsung, memperlihatkan kolaborasi berbagai pihak dalam mensukseskan acara ini. Walaupun tidak menggambarkan dinamika peserta secara detail, dokumentasi tersebut berhasil menunjukkan struktur kegiatan dan kehadiran elemen-elemen penting dalam penyelenggaraan LAMBUMI 2025.

Partisipasi TechnoGIS dalam acara ini merupakan bentuk nyata dukungan terhadap perkembangan pendidikan geospasial di Indonesia. Dalam era yang menuntut kemampuan analisis data spasial dan pemahaman teknologi digital, kegiatan seperti LAMBUMI menjadi kesempatan strategis untuk memperkenalkan teknologi pemetaan dan drone kepada generasi muda. Kehadiran TechnoGIS diharapkan dapat menginspirasi peserta untuk lebih memahami pentingnya teknologi kebumian serta peluang karier yang dapat ditempuh di bidang geospasial.

Melalui keterlibatan ini, TechnoGIS menegaskan kembali visinya sebagai perusahaan yang tidak hanya menghadirkan solusi teknologi, tetapi juga aktif membangun ekosistem pendidikan dan inovasi. Dukungan terhadap kegiatan seperti LAMBUMI menjadi bagian dari upaya berkelanjutan untuk menciptakan generasi yang melek teknologi, adaptif terhadap perubahan, dan siap menghadapi tantangan pemetaan dan analisis spasial di masa depan.

Dengan semangat kolaborasi, TechnoGIS Indonesia berharap dapat terus menjadi bagian dari berbagai kegiatan edukasi dan pengembangan sumber daya manusia di bidang geospasial. LAMBUMI 2025 menjadi bukti nyata bahwa kolaborasi antara dunia industri dan pendidikan mampu menciptakan ruang belajar yang lebih luas dan relevan bagi generasi mendatang.

Integrasi GeoLiDAR dan GIS dalam Perencanaan Tata Ruang Wilayah

Pendahuluan

Perencanaan tata ruang wilayah (RTRW) membutuhkan data spasial yang akurat, detail, dan mutakhir untuk mendukung penyusunan kebijakan pemanfaatan ruang yang berkelanjutan. Selama bertahun-tahun, pemetaan konvensional sering menghadapi kendala seperti cakupan terbatas, waktu survei yang lama, dan ketidakakuratan pada daerah dengan topografi kompleks. Kemajuan teknologi pemetaan khususnya GeoLiDAR (Geospatial Light Detection and Ranging) dan GIS (Geographic Information System) telah menghadirkan solusi modern yang mampu meningkatkan kualitas perencanaan ruang di tingkat kabupaten, kota, hingga provinsi.

Integrasi kedua teknologi ini memungkinkan pemerintah daerah dan konsultan perencanaan untuk menganalisis kondisi fisik wilayah secara 3D dan melakukan simulasi pemanfaatan ruang yang lebih komprehensif, presisi, dan berbasis data.

Konsep Dasar GeoLiDAR dan GIS

Apa itu GeoLiDAR?

GeoLiDAR adalah teknologi pemetaan berbasis laser yang menghasilkan point cloud tiga dimensi dengan resolusi tinggi. Teknologi ini digunakan pada:

  1. Pesawat (ALS – Airborne LiDAR System)
  2. Mobil (MLS – Mobile LiDAR System)
  3. Tripod (TLS – Terrestrial LiDAR System)
  4. Drone/UAV (LiDAR drone)

Output utama GeoLiDAR meliputi:

  1. DTM (Digital Terrain Model)
  2. DSM (Digital Surface Model)
  3. CHM (Canopy Height Model)
  4. Model 3D bangunan dan infrastruktur

Apa itu GIS?

GIS adalah sistem yang digunakan untuk mengolah, menganalisis, dan memvisualisasikan data spasial untuk mendukung pengambilan keputusan.

Output GIS digunakan dalam dokumen:

  1. RTRW (Rencana Tata Ruang Wilayah)
  2. RDTR (Rencana Detail Tata Ruang)
  3. Kajian KLHS, AMDAL, dan Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang (KKPR)

 

Integrasi GeoLiDAR dan GIS dalam Perencanaan Tata Ruang

Integrasi dua teknologi ini memberikan kemampuan analisis spasial yang jauh lebih lengkap dibanding metode konvensional. Berikut beberapa penerapannya:

  1. Pemetaan Fisik Dasar Wilayah yang Lebih Presisi

GeoLiDAR menghasilkan peta:

  1. kemiringan lereng
  2. kontur dengan interval 0.5–1 meter
  3. bentuk permukaan tanah (DTM)
  4. bangunan dan infrastruktur secara 3D

Dalam GIS, data ini digunakan sebagai base map RTRW untuk menentukan:

  1. Kawasan lindung
  2. Kawasan budidaya
  3. Daerah rawan bencana
  4. Zonasi lahan dan wilayah permukiman

Contoh pemanfaatan:
Identifikasi kemiringan lereng > 40% untuk kawasan lindung dan konservasi.

  1. Analisis Risiko Bencana Berbasis Data 3D

GeoLiDAR sangat efektif untuk pemetaan:

  1. rawan longsor (berdasarkan DTM dan kemiringan)
  2. rawan banjir (menggunakan model limpasan air atau flow accumulation)
  3. rawan tsunami (menggabungkan elevasi dan jarak dari garis pantai)

 

GIS membantu meng-overlay data tersebut dengan:

  1. penggunaan lahan
  2. kepadatan penduduk
  3. jaringan jalan
  4. bangunan kritis (sekolah, rumah sakit)

Hasilnya dipakai dalam:

  1. KLHS RTRW
  2. penyusunan rencana mitigasi bencana
  3. penentuan zona aman permukiman
  1. Identifikasi dan Monitoring Perubahan Penggunaan Lahan

GeoLiDAR multitemporal (dari pemotretan berbeda tahun) memungkinkan:

  1. deteksi deforestasi
  2. perubahan tutupan lahan
  3. pertumbuhan kawasan permukiman
  4. penyusunan tren urbanisasi

GIS kemudian mengkonversi perubahan ini menjadi informasi:

  1. kecenderungan pertumbuhan kota
  2. kebutuhan infrastruktur masa depan
  3. rekomendasi pengembangan kawasan baru (urban growth model)
  1. Penyusunan RDTR dan Zonasi Berbasis 3D

Dengan GeoLiDAR, pemerintah dapat membentuk model 3D bangunan dan vegetasi yang sangat detail.
Dalam GIS, ini sangat berguna untuk:

  1. analisis KDB (Koefisien Dasar Bangunan)
  2. KLB (Koefisien Lantai Bangunan)
  3. ketinggian bangunan (building height)
  4. setback/jarak sempadan
  5. analisis bayangan (sun shadow)

Zonasi menjadi lebih realistis dan sesuai kondisi lapangan.

  1. Perencanaan Infrastruktur dan Simulasi Rute

Data DTM hasil LiDAR memungkinkan:

  1. pemilihan rute jalan
  2. desain drainase
  3. penentuan lokasi jaringan utilitas
  4. analisis cut and fill untuk konstruksi

GIS kemudian memproses data tersebut menjadi:

  1. analisis biaya
  2. peta rencana jaringan jalan
  3. model kesesuaian lahan
  4. alternatif jalur transportasi
  1. Penyusunan Kebijakan Tata Ruang yang Lebih Akurat

Integrasi GeoLiDAR dan GIS menghasilkan data:

  1. faktual
  2. terukur
  3. berbasis bukti (evidence-based planning)

Sehingga kebijakan tata ruang lebih:

  1. presisi
  2. berkelanjutan
  3. minim konflik pemanfaatan ruang
  4. sesuai dengan prinsip keadilan spasial

Kesimpulan

Integrasi GeoLiDAR dan GIS menawarkan pendekatan modern dalam perencanaan tata ruang wilayah. Teknologi ini memberikan pemahaman komprehensif terhadap kondisi fisik dan sosial wilayah, memungkinkan perencanaan yang lebih presisi, efektif, dan responsif terhadap risiko bencana maupun dinamika pembangunan. Dengan kemampuan menganalisis data 3D secara detail, GeoLiDAR dan GIS bukan hanya meningkatkan kualitas RTRW dan RDTR, tetapi juga menjadi fondasi bagi pengembangan smart city, pemantauan lingkungan, dan implementasi kebijakan pembangunan berkelanjutan.

 

Memperkuat Sinergi Pendidikan dan Industri Geospasial: Penandatanganan MoU antara TechnoGIS dan SaIG UPI

Yogyakarta, 26 November 2025 — TechnoGIS dan SaIG UPI (Universitas Pendidikan Indonesia) secara resmi menjalin kemitraan baru setelah penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) yang diselenggarakan di Yogyakarta pada hari Rabu, 26 November 2025. Perjanjian ini menandai langkah penting dalam memperkuat kolaborasi dalam pelatihan geospasial bagi mahasiswa, inovasi digital, dan pengembangan pendidikan.
Acara tersebut dihadiri oleh perwakilan dari kedua belah pihak yang masing-masing menekankan pentingnya menghubungkan keahlian akademis dengan kebutuhan industri. Sesi penandatanganan dilanjutkan dengan pembahasan tentang program-program mendatang, kegiatan bersama, dan tujuan bersama untuk tahun mendatang.
Selama upacara, Bapak Sarono selaku Direktur utama TechnoGIS Indonesia menyoroti nilai kemitraan ini:

“Kemitraan ini memungkinkan kita untuk menggabungkan kekuatan pengalaman industri dengan penelitian akademik. Bersama-sama, kita dapat menciptakan solusi yang tidak hanya inovatif tetapi juga praktis untuk tantangan dunia nyata.”

Sementara itu, Bapak Cecep Darmawan selaku Dekan Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Pendidikan Indonesia mengekspresikan optimisme tentang bagaimana kerja sama ini akan membuka peluang baru bagi mahasiswa, peneliti, dan komunitas akademik:

“Kami berkomitmen untuk memperluas kolaborasi penelitian yang menguntungkan kedua institusi. Dengan bekerja sama erat dengan industri, hasil akademik yang kita ciptakan dapat menjadi dampak yang lebih luas di dunia nyata.

Area Kerja Sama dan Rencana Masa Depan

Kemitraan yang baru dibentuk ini mencakup beberapa area kerja sama utama. Kedua institusi sepakat untuk bekerja sama dalam penelitian bersama, publikasi ilmiah, pengembangan teknologi, dan inovasi terapan yang relevan dengan bidang masing-masing. Selain itu, MoU ini mencakup rencana untuk workshop, kuliah tamu, program pengembangan kapasitas, dan magang mahasiswa, memungkinkan para pelajar untuk menerapkan konsep akademik secara langsung dalam lingkungan industri.
Selain itu, pembicaraan awal selama acara tersebut menjajaki proyek kolaboratif potensial yang dapat dimulai sesegera mungkin. Ini termasuk inisiatif untuk mendukung pengembangan komunitas, meningkatkan literasi digital, memperkuat kemampuan geospasial, dan memperkuat kapasitas inovasi secara keseluruhan di wilayah tersebut.

Pertukaran Hadiah Simbolis

Setelah penandatanganan, kedua institusi melakukan pertukaran hadiah simbolis, yang mewakili saling menghormati dan komitmen terhadap kemitraan baru yang terbentuk. Bapak Sarono menyerahkan hadiah yang melambangkan nilai-nilai perusahaan—seperti inovasi, pertumbuhan, atau tradisi—sedangkan Bapak Cecep Darmawan memberikan simbol yang mencerminkan identitas dan misi akademik universitas. Pertukaran ini menonjolkan kehangatan kolaborasi dan berfungsi sebagai pengingat visual akan visi bersama yang dibagikan oleh kedua belah pihak.

Langkah Menuju Dampak Jangka Panjang

MoU antara TechnoGIS dan Saig UPI mewakili langkah berarti dalam menjembatani kesenjangan antara pendidikan dan industri. Dengan kedua institusi berkomitmen untuk bekerja sama erat dalam beberapa tahun ke depan, kemitraan ini diharapkan akan menciptakan manfaat konkret bagi mahasiswa, peneliti, profesional, dan masyarakat luas. Setelah penandatangan selesai, kedua belah pihak mengungkapkan bahwa kolaborasi ini akan berkembang menjadi kemitraan jangka panjang yang mendorong inovasi, mendukung pengembangan talenta, dan berkontribusi positif bagi sektor geospasial. Perjanjian ini tidak hanya menandai aliansi formal tetapi juga awal dari pertumbuhan bersama, pemahaman, dan pencapaian di masa depan.

Kedua institusi meyakini bahwa menggabungkan keterampilan industri praktis dengan pengetahuan akademis akan menciptakan hasil yang berdampak dan mendukung inovasi jangka panjang. Pembicaraan setelah penandatanganan juga membahas proyek-proyek bersama yang direncanakan akan dimulai segera.

 

Memperkuat Komunitas dan Inovasi

Kemitraan ini diharapkan memberikan kontribusi positif bagi pengembangan geospasial, serta memperluas peluang belajar bagi mahasiswa. Kolaborasi ini mencerminkan visi bersama untuk meningkatkan kualitas pendidikan, inovasi teknologi, manfaat bagi komunitas, dan pertumbuhan berkelanjutan.

 

 

 

TechnoGIS Indonesia Highlights TechnoGIS GNSS RTK and Advanced Geospatial Technologies at GNSS Indonesia Summit & Expo 2025: Advancing Positioning Technology for Indonesia Future

Depok, November 23, 2025 TechnoGIS Indonesia once again demonstrated its strong commitment to advancing the nation’s geospatial ecosystem through its participation at the GNSS Indonesia Summit & Expo 2025, held from 19-23 November 2025. As one of Indonesia’s leading innovators in mapping and positioning technology, TechnoGIS Indonesia showcased a series of advanced solutions designed to support efficiency, accuracy, and modernization across multiple industries, especially those relying heavily on precise spatial data.

During this five-day national-scale event, GNSS Indonesia Summit & Expo 2025 gathered major industry players, technology providers, and geospatial professionals to highlight the future of advanced positioning technology in Indonesia. Standing among these forward-thinking companies, TechnoGIS Indonesia presented a portfolio of solutions that reflect its mission to empower smarter decision-making and accelerate the adoption of modern geospatial tools.

One of the main highlights at the TechnoGIS booth was the TechnoGIS GNSS RTK, a next-generation positioning system developed to deliver high-precision, real-time accuracy in even the most challenging field conditions. Thanks to its powerful specifications and user-oriented design, TechnoGIS GNSS RTK quickly captured the attention of visitors, surveyors, and industry experts throughout the event. The system enables significantly faster workflows, simplified field operations, and enhanced data reliability, making it an ideal solution for land surveying, construction, agricultural planning, and national infrastructure development.

In addition to the TechnoGIS GNSS RTK, TechnoGIS Indonesia also showcased other complementary technologies that support complete and integrated mapping operations. These include the Bluemarine Echosounder, a robust hydrographic instrument designed for underwater depth measurement, and Geodetic GPS equipment that plays a crucial role in achieving accurate geodetic control points. Together, these products represent TechnoGIS Indonesia’s broader capability to deliver end-to-end geospatial solutions across terrestrial and marine environments.

Revolutionized mapping industry through latest technology

Throughout the exhibition, the TechnoGIS booth became a hub of insightful discussions, product demonstrations, and knowledge exchange. Visitors had the opportunity to explore how modern GNSS and mapping technologies can enhance project outcomes, reduce operational time, and expand data-driven decision-making across industries. The positive engagement from attendees reflected a growing awareness of the importance of geospatial innovation in shaping Indonesia’s future.

As Indonesia continues to embrace Industry 4.0 and smart-infrastructure development, TechnoGIS Indonesia remains dedicated to delivering cutting-edge tools and solutions that support national progress. The successful presence at the GNSS Indonesia Summit & Expo 2025 marks another step in the company’s journey to strengthen the country’s geospatial capabilities and inspire future innovations that will shape the mapping and positioning industry for years to come.

Thank you for visit us at GNSS Indonesia Summit & Expo 2025

TechnoGIS Indonesia extends its deepest appreciation and thank you to all visitors, partners, and also industry professionals who took the time to visit our booth. Your support, engagement, and enthusiasm inspire us to continue innovating and contributing to Indonesia’s geospatial future.

Tags:#TechnoGISIndonesia #TechnoGISGNSSRTK #GNSSIndonesiaSummit2025 #Geospatialtechnology #Mappingtechnologyindonesia #Echosounderbluemarine #GeodeticGPS #Surveyingequipment #Surveyingandmappingsolutions #GNSStechnologyindonesia

 

TechnoGIS Indonesia Showcases Advanced Drone Innovations at Indonesia Drone Summit 2025

Jakarta, 17 November 2025 – TechnoGIS Indonesia reaffirmed its commitment to advancing the geospatial sector by showcasing an integrated lineup of cutting-edge drone and surveying technologies at the Indonesia Drone Summit 2025. As one of the event’s leading exhibitors, TechnoGIS presented a complete ecosystem of professional-grade solutions designed to elevate accuracy, efficiency, and operational reliability for industries that depend on modern geospatial data acquisition. With a focus on airborne mapping, hydrographic surveying, and intelligent data processing, the company demonstrated how unified geospatial technologies can accelerate decision-making across agriculture, forestry, construction, mining, coastal management, and infrastructure development.

A major highlight was the NiVO Drone Series, TechnoGIS Indonesia’s flagship UAV platform engineered specifically for professional mapping operations. The NiVO VTOL V2 attracted strong attention thanks to its long-range capability, stable hybrid-wing design, and ability to capture high-resolution orthomosaic and DSM data over expansive terrain. Meanwhile, the NiVO Quadrone Pro showcased its strength as a versatile multicopter system equipped for precise low-altitude missions, offering compatibility with multispectral, LiDAR, and high-accuracy GNSS payloads. Together, these drones demonstrated how TechnoGIS provides seamless solutions for both large-scale aerial surveys and high-detail vertical inspections, ensuring reliable workflows even under demanding field conditions.

In addition to its UAV technologies, TechnoGIS Indonesia introduced its Bluemarine Echo Sounder, an advanced hydrographic surveying instrument that brings underwater mapping capabilities into the company’s expanding technology ecosystem. The Bluemarine Echo Sounder is designed for rivers, reservoirs, ports, and coastal environments, enabling efficient bathymetric data acquisition with strong depth accuracy and stable signal performance. Its inclusion in the product lineup demonstrates TechnoGIS’s vision to deliver complete land-to-water geospatial solutions, empowering agencies and private organizations to integrate aerial and hydrographic data within a single operational framework. The combination of drone-based photogrammetry and echo-sounder bathymetry positions TechnoGIS as a leader in multi-environment mapping technology, supporting applications such as dredging planning, flood modeling, inland waterway monitoring, and environmental assessment.

Showcasing the Latest Drone and survey Technology Innovations

Supporting these surveying instruments, TechnoGIS also highlighted its geospatial software ecosystem, including cloud-based data processing services for LiDAR, orthophoto generation, 3D modeling, and GNSS correction workflow optimization. The integration between hardware and software allows clients to enjoy end-to-end solutions; from data collection to final deliverables, ensuring that every project benefits from consistent accuracy, faster processing time, and scalable geospatial intelligence.

With a strong emphasis on precision innovation, TechnoGIS Indonesia used the Indonesia Drone Summit 2025 as a strategic platform to demonstrate how its solutions can reshape modern mapping operations. The company’s dedication to developing and supplying high-performance drones, hydrographic systems, and geospatial software reflects its long-term mission: enabling industries across Indonesia to adopt smarter, data-driven approaches supported by reliable and locally available technology.

Thank You for Visiting TechnoGIS at Indonesia Drone Summit 2025

TechnoGIS Indonesia extends its highest appreciation to all visitors, partners, and professionals who visited its booth during the Indonesia Drone Summit 2025. The engagement and enthusiasm from attendees continue to inspire the company to advance its research, strengthen its product ecosystem, and deliver impactful geospatial innovations technologies for the future of mapping in Indonesia.

Tags: #TechnoGISIndonesia #NiVODrone #NiVOVTOL #NiVOQuadronePro #BlueMarineEchoSounder #HydrographicSurvey #BathymetricMapping #TGSGNSS #DroneMapping #LiDARMapping #GeospatialTechnology #PrecisionSurvey #UAVMapping #RTKSurveying

PT TechnoGIS Indonesia Sukses Tampilkan Inovasi Geospasial di GeoConnect Asia 2025

Singapura, 9-10 April 2025 – PT TechnoGIS Indonesia menutup partisipasinya di GeoConnect Asia 2025 dengan hasil yang sangat positif. Selama dua hari penyelenggaraan di Marina Bay Sands, Singapura, TechnoGIS hadir sebagai salah satu exhibitor yang menampilkan solusi geospasial unggulan karya anak bangsa. Keikutsertaan ini menjadi ajang penting untuk menunjukkan bahwa teknologi geospasial berbasis TKDN mampu bersaing di kancah internasional dan mendapat apresiasi tinggi dari pelaku industri global.

Sepanjang pameran, TechnoGIS membawa berbagai produk inovatif yang menjadi andalan perusahaan, antara lain drone NiVO VTOL V3 dan Quadrone Pro untuk pemetaan udara, solusi pemetaan berbasis LiDAR seperti GeoLiDAR TLS, SLAM, dan ALS, perangkat GNSS terbaru TGS EQ 1 RTK versi terbaru, serta platform Dashboard IT Sensing yang dirancang untuk mendukung monitoring dan pengambilan keputusan secara real-time. Produk-produk ini dirancang untuk memenuhi kebutuhan survei, pemetaan, hingga pemantauan aset di berbagai sektor industri, mulai dari infrastruktur, pertambangan, kehutanan, hingga kelistrikan.

Booth TechnoGIS Indonesia menjadi salah satu pusat perhatian selama pameran berlangsung. Puluhan pengunjung dari berbagai negara datang untuk melihat langsung kemampuan produk geospasial buatan Indonesia. Perusahaan-perusahaan konsultan dari India dan Singapura menjadi yang paling aktif dalam menjajaki kerja sama, menunjukkan ketertarikan tinggi terhadap performa dan keunggulan teknologi TechnoGIS. Produk NiVO VTOL V3 dan GeoLiDAR SLAM mendapat respons sangat positif karena kemudahan pengoperasian dan akurasi data yang tinggi.

Selain mengenalkan teknologi, GeoConnect Asia 2025 juga menjadi momentum strategis bagi TechnoGIS dalam memperluas jaringan kolaborasi. Pada hari pertama, TechnoGIS menandatangani nota kesepahaman (MoU) dengan salah satu perusahaan konsultan geospasial asal Singapura. Di hari kedua, muncul peluang kerja sama baru dengan perusahaan SONY, yang tertarik untuk mengintegrasikan sensor kamera mereka dengan platform drone TechnoGIS. Kolaborasi ini diharapkan dapat mendorong kualitas akuisisi data spasial yang lebih baik, serta membuka pasar baru di bidang pemetaan udara resolusi tinggi.

Melalui partisipasi di GeoConnect Asia 2025, PT TechnoGIS Indonesia tidak hanya memperkenalkan produk, tetapi juga membawa semangat inovasi, kolaborasi, dan kemandirian teknologi dalam industri geospasial. Pencapaian ini menjadi langkah nyata dalam memperkuat posisi TechnoGIS sebagai pelaku utama industri geospasial Indonesia yang mampu bersaing secara global dengan tetap mengusung nilai lokal dalam setiap solusi yang ditawarkan.