TechnoGIS GNSS RTK: Solusi Presisi Tinggi untuk Kebutuhan Data Geospasial di Era Digital

Kebutuhan Data Geospasial di Era Digital

Pada era digital saat ini, kebutuhan akan data geospasial yang akurat, cepat, dan mudah diakses semakin meningkat. berbagai sektor mulai dari pertambangan, konstruksi, hingga pertanian membutuhkan alat survey yang mampu memberikan hasil presisi tinggi. TechnoGIS GNSS RTK hadir sebagai solusi unggulan yang menggabungkan teknologi mutakhir, desain tangguh, serta kemudahan penggunaan melalui integrasi mobile, menjadikannya sebagai perangkat yang ideal untuk survei profesional.

 

Akurasi Sentimeter Berkat Teknologi Multi Konstelasi 

TechnoGIS GNSS RTK merupakan solusi pemetaan dan survei modern yang menawarkan akurasi tingkat sentimeter dengan performa luar biasa. Didesain menggunakan teknologi multi-konstelasi dengan 1.507 channel GNSS, perangkat ini mampu menangkap sinyal dari berbagai sistem satelit global sehingga memberikan hasil yang stabil, cepat, dan presisi meskipun digunakan di area yang menantang.

 

Jangkauan Radio 35 Kilometer & Fitur Tilt Compensation

Keunggulan berikutnya yaitu TechnoGIS GNSS RTK memiliki jangkauan hingga 35 Kilometer berkat link protocol, radio internal, dan radio transmisi data 5W. Jangkauan yang luas menjadikan TechnoGIS GNSS RTK sebagai pilihan yang terbaik untuk pekerjaan lapangan berskala besar. Selain itu, perangkat ini juga dilengkapi teknologi IMU Tilt Compensation hingga 60°, yang memungkinkan pengguna melakukan pengukuran tanpa harus menjaga pole tetap tegak lurus. Fitur ini mempercepat proses survei secara signifikan tanpa mengorbankan akurasi, bahkan saat bekerja di medan miring atau lokasi dengan akses yang sangat sulit. 

 

Integrasi Penuh dengan GIS Survey Mobile

TechnoGIS GNSS RTK semakin unggul berkat integrasinya dengan GIS Survey Mobile yang membuat Smartphone atau Tablet anda berfungsi sebagai pusat kendali perangkat secara penuh. Melalui aplikasi tersebut pengguna dapat mengatur konfigurasi perangkat, memulai dan menghentikan survei, mengelola proyek, menyinkronkan data secara real-time, hingga mengekspor hasil dengan mudah. Semua proses ini dapat dilakukan hanya melalui genggaman tangan, tanpa memerlukan perangkat tambahan. Hal ini tidak hanya membuat pekerjaan lebih praktis, tetapi juga meningkatkan produktivitas di lapangan.

 

Daya Tahan Tinggi & Desain Tangguh untuk Outdoor

Dari sisi daya tahan, TechnoGis GNSS RTK dibekali dengan baterai 7000 mAH yang mampu bertahan hingga 20 jam dalam mode RTK dan 35 jam dalam mode static, serta sudah mendukung teknologi USB PD Fast Charging. Dengan desain yang ringan, kokoh, dan dilengkapi four-in-one integrated antenna, perangkat ini dirancang untuk penggunaan outdoor yang ekstrem sekalipun. Semua fitur unggulan tersebut menjadikan TechnoGis GNSS RTK sebagai perangkat yang layak menjadi pilihan utama bagi para profesional yang menginginkan hasil pengukuran yang akurat, cepat, efisien, dan dapat diandalkan kapanpun dan dimanapun. 

Pemetaan Lahan Pertambangan Menggunakan GNSS RTK

Dalam aktivitas pertambangan, pemetaan lahan merupakan tahapan penting untuk mengetahui batas konsesi, kondisi topografi, volume material, dan perubahan morfologi lahan. Salah satu teknologi pemetaan yang paling banyak digunakan saat ini adalah GNSS RTK (Real-Time Kinematic). GNSS RTK mampu memberikan data posisi dengan ketelitian centi­meter secara real-time, sehingga sangat efektif untuk kebutuhan survei cepat di area tambang yang luas.

GNSS RTK adalah metode penentuan posisi menggunakan sinyal satelit GNSS (GPS, GLONASS, Galileo, BeiDou) yang dikoreksi secara langsung dari stasiun referensi (base) ke receiver di lapangan (rover).

1. Keunggulan RTK:

  • Akurasi horizontal ±1–2 cm dan vertikal ±2–3 cm.
  • Data posisi langsung terkoreksi (real-time).
  • Cocok untuk pemetaan area luas dan kondisi lapangan terbuka.
  • Dapat digunakan untuk stake out titik, pengukuran detail situasi, dan kontrol deformasi.

     Dalam industri tambang, GNSS RTK digunakan untuk berbagai jenis survei, antara lain:

  1. Pemetaan Batas IUP/Kuasa Pertambangan

           Menentukan dan mengecek ulang batas konsesi agar tidak terjadi tumpang-tindih dengan wilayah lainnya.

      2. Pemetaan Topografi (Topographic Survey)

           Menghasilkan data kontur aktual lahan sebelum, selama, dan setelah proses penambangan.

      3. Monitoring Kemajuan Tambang

           RTK digunakan untuk mengukur perubahan elevasi dan kemajuan cut & fill pada area penambangan dan dumping area.

      4. Perhitungan Volume (Stockpile & Overburden)

           Titik elevasi diambil rapat menggunakan rover RTK untuk membuat digital terrain model (DTM), kemudian dihitung volume materialnya

      5. Penentuan Titik Kontrol (GCP) untuk Drone Mapping

          RTK dapat digunakan untuk membuat Ground Control Point agar peta drone memiliki ketelitian tinggi.

2. Perlengkapan umum dalam survei GNSS RTK di tambang meliputi:

  • Base GNSS (receiver dual/multi-frequency)
  • Rover GNSS RTK
  • Tripod dan tribrach
  • Radio UHF atau koneksi NTRIP internet
  • Controller/handheld
  • Power supply (baterai cadangan)
  • Software pengolahan data (Surfer, Civil 3D, Global Mapper)

3.  Tahapan Survei GNSS RTK di Area Tambang

    1. Persiapan Awal

  • Identifikasi area kerja, akses, dan potensi gangguan sinyal.
  • Menentukan lokasi base station yang stabil dan terbuka dari halangan.
  • Menyiapkan titik kontrol referensi jika sudah ada (benchmark).

    2. Pemasangan Base Station

  • Base dipasang pada titik yang diketahui koordinatnya atau diukur metode statik.
  • Base memancarkan koreksi ke rover melalui UHF/NTRIP.
  1. Pengukuran Menggunakan Rover

           Rover bergerak ke seluruh area tambang untuk mengukur titik:

  • Titik situasi (detail permukaan, toe slope, crest, jalan, bench tambang).
  • Titik cross-section.
  • Titik GCP untuk drone.
  • Titik batas IUP.

      Setiap titik direkam dengan resolusi dan interval yang disesuaikan dengan kebutuhan.

    4. Quality Control

  • Mengecek nilai PDOP, jumlah satelit, dan fix status.
  • Melakukan re-occupy (pengukuran ulang) pada beberapa titik untuk memastikan konsistensi data.

    5. Pengolahan Data

  • Data diunduh ke komputer.
  • Dibersihkan dari outlier.
  • Dibangun model 3D/DTM.
  • Digunakan untuk peta topografi, monitoring cut & fill, dan analisis volume.

4.   Tantangan Penggunaan GNSS RTK di Area Tambang

  • Sinyal satelit terhalang oleh dinding pit yang curam.
  • Gangguan cuaca dan ionosfer.
  • Jangkauan base station terbatas (umumnya 3–10 km UHF).
  • Lingkungan tambang yang dinamis sering mengharuskan relocasi base.

          Solusi umum: menggunakan GNSS RTK network (NTRIP), atau mengombinasikan survei RTK dengan total station dan drone.

5. Kesimpulan

Survei pemetaan lahan pertambangan dengan GNSS RTK memberikan solusi yang cepat, akurat, dan efisien untuk mendukung seluruh aktivitas tambang. Metode ini cocok untuk pemetaan topografi, monitoring kemajuan tambang, perhitungan volume, hingga penentuan batas wilayah. Dengan perkembangan GNSS multi-konstelasi, akurasi dan kecepatan survei semakin meningkat sehingga GNSS RTK menjadi teknologi standar dalam operasi pertambangan modern.

 

PT TechnoGIS Indonesia Serahkan Perangkat TechnoGIS GNSS RTK Kepada Dinas Sumber Daya Air DKI Jakarta 

Jakarta, 04 Desember 2025 – PT TechnoGIS Indonesia telah menyelesaikan proses serah terima pengiriman perangkat GNSS RTK sekaligus melaksanakan pelatihan pengoperasian kepada Dinas Sumber Daya Air (SDA) Provinsi DKI Jakarta. Kegiatan ini menjadi bagian dari komitmen PT TechnoGIS Indonesia dalam mendukung peningkatan akurasi data dan efisiensi pekerjaan teknis di bidang pengelolaan sumber daya air. 

 

Serah terima perangkat dilakukan langsung di kantor Dinas SDA DKI Jakarta dan disertai dengan sesi pelatihan teknis yang mencakup pengenalan alat, prosedur pengoperasian, pengolahan data, hingga perawatan perangkat. Pelatihan ini bertujuan agar tim teknis Dinas SDA dapat mengoperasikan perangkat TechnoGIS GNSS RTK secara mandiri dan optimal dalam berbagai kegiatan survei dan pemetaan.

Perwakilan PT TechnoGIS Indonesia menyampaikan bahwa kerja sama ini merupakan langkah strategis dalam mendukung transformasi digital dan peningkatan kualitas data spasial di instansi pemerintah. “Kami berharap perangkat TechnoGIS GNSS RTK ini dapat membantu Dinas SDA DKI Jakarta dalam menghasilkan data yang lebih akurat, cepat, dan efisien untuk mendukung pengambilan keputusan,” ujarnya.

Sementara itu, pihak Dinas SDA DKI Jakarta menyambut baik kerjasama ini dan menyampaikan apresiasi atas dukungan teknologi serta transfer pengetahuan yang diberikan. Dengan adanya perangkat dan pelatihan ini, diharapkan kualitas pekerjaan survei dan perencanaan infrastruktur sumber daya air dapat semakin meningkat.

Kerja sama ini menjadi bukti nyata peran PT TechnoGIS Indonesia sebagai penyedia solusi teknologi geospasial yang berkomitmen mendukung pembangunan infrastruktur dan pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan di Indonesia.

 

Transforming Aerial Surveying: Introducing the NiVO V5 Pro Drone

In the world of aerial surveying, the NiVO V5 Pro drone stands out as an innovation that combines advanced technology with highly accurate data collection capabilities. Specifically designed for professionals in construction, agriculture, and various other sectors, this drone is equipped with advanced sensors and a GNSS PPK system that ensures reliable and precise measurements. Capable of supporting a variety of sensors, including LIDAR for 3D mapping, thermal sensors for environmental monitoring, and RGB cameras for high-quality imagery, the NiVO V5 Pro delivers detailed data across a wide range of conditions and applications.

The NiVO V5 Pro is ideal for large-scale survey projects. With a flight time of up to 90 minutes and the ability to cover areas up to 1000 hectares in a single flight, it significantly enhances operational efficiency. Its flight speed of 17 m/s allows for quick data collection, saving both time and resources compared to traditional surveying methods. Another standout feature is its autonomous flight capabilities, which allow the drone to follow pre-programmed flight paths with minimal manual intervention. This is especially beneficial for projects requiring high accuracy and efficiency, as operators can focus on other tasks while the drone collects data consistently and precisely.The NiVO V5 Pro is also designed for ease of use. With an intuitive control system and seamless integration with mobile apps, even users with limited experience can quickly operate the drone and start surveying. Additionally, the drone is compatible with various industry-standard software platforms, making data processing and analysis straightforward for professionals across different sectors. Its reliability in diverse field conditions ensures that it can perform well in both urban environments and remote, challenging locations.

With all these advanced features, the NiVO V5 Pro is more than just a tool—it’s a revolutionary asset that transforms the way aerial surveying is done. With precise and efficient data collection capabilities, along with autonomous flight technology that simplifies operation, this drone is the go-to choice for sectors that demand accurate and reliable survey data.

Akurasi GeoLiDAR dalam Pengukuran Volume Stockpile pada Tambang Terbuka

  1. Pendahuluan

Pengukuran volume stockpile merupakan salah satu kegiatan penting dalam industri pertambangan terbuka (open-pit mining). Ketepatan data volume sangat menentukan akurasi perhitungan cadangan, perencanaan produksi, hingga penghitungan nilai ekonomi material tambang. Pada praktik tradisional, pengukuran volume banyak dilakukan dengan metode total station, GPS, atau fotogrametri drone. Namun, kemunculan teknologi GeoLiDAR (Geospatial Light Detection and Ranging) menawarkan cara yang jauh lebih cepat, presisi, dan efisien dalam memodelkan permukaan stockpile. GeoLiDAR bekerja dengan memancarkan pulsa laser ke permukaan objek dan mengukur waktu kembali (time of flight) untuk menentukan posisi titik. Hasilnya berupa point cloud 3D berkerapatan tinggi sehingga sangat ideal untuk pemodelan bentuk dan volume stockpile. Artikel ini membahas akurasi GeoLiDAR, faktor-faktor yang memengaruhi ketelitian, serta kelebihannya dibanding metode konvensional.

  1. Apa Itu GeoLiDAR?

GeoLiDAR adalah sistem pemindaian laser berbasis geospasial yang digunakan untuk menghasilkan data elevasi dan bentuk permukaan secara detail. GeoLiDAR dapat dipasang pada:  ALS (Airborne LiDAR System): Pesawat/helikopter, UAV LiDAR (drone), TLS (Terrestrial LiDAR Scanner): tripod, MLS (Mobile LiDAR): kendaraan, LiDAR SLAM: handheld/backpack.

 

  1. Mengapa GeoLiDAR Cocok untuk Pengukuran Stockpile?

Beberapa alasan utama:

  1. Akurasi Centimeter: Data point cloud yang dihasilkan memiliki error kecil (1–3 cm), memungkinkan perhitungan volume secara tepat.
  2. Mampu Memodelkan Bentuk Kompleks: Stockpile biasanya tidak beraturan. GeoLiDAR dapat menangkap:
  1. permukaan curam
  2. ekukan permukaan
  3. tumpukan material yang tidak seragam

 

  1. Cepat dan Efisien
  1. Area 10–20 hektar bisa dipetakan dalam hitungan menit.
  2. Proses manual survei jauh lebih lambat dan berisiko.
  1. 4.Aman untuk Surveyor

Tidak perlu naik ke tumpukan material (mengurangi risiko longsoran).

5.Proses Pengukuran Volume Stockpile dengan GeoLiDAR

  1. Akuisisi Data: Drone atau TLS dipasang di lokasi dan memindai stockpile untuk menghasilkan jutaan titik 3D.
  1. Klasifikasi Point Cloud:

Memisahkan:

  1. ground points (tanah)
  2. objek lain (alat berat, pekerja)
  3. material stockpile
  4. Pembuatan Model Permukaan

Dibuat menjadi:

  1. DTM (Digital Terrain Model) – permukaan dasar sebelum stockpile
  2. DSM (Digital Surface Model) – permukaan stockpile saat pemindaian

4.Perhitungan Volume

Volume dihitung dari: Volume= DSM-DTM (Menghasilkan nilai volume dengan presisi tinggi)

6.Faktor yang Mempengaruhi Akurasi

Beberapa faktor yang menentukan hasil akhir:

  1. Kerapatan Point Cloud

Semakin rapat titik LiDAR (ppsm), semakin detail bentuk stockpile yang terekam.

  1. Kualitas Kalibrasi Sensor

IMEU, GPS, dan sensor orientasi harus dikalibrasi baik.

  1. Metode Klasifikasi

Kesalahan dalam memisahkan ground–stockpile dapat menyebabkan kesalahan volume.

  1. Kondisi Cuaca

Hujan dan kabut dapat memengaruhi sensor, terutama drone.

  1. Penggunaan Ground Control Points (GCP)

GCP meningkatkan ketelitian relatif model permukaan.

7.Tantangan Penggunaan GeoLiDAR

Meski sangat akurat, penggunaan GeoLiDAR memiliki beberapa kendala:

  1. Harga perangkat dan sensor yang tinggi
  2. Perlu operator yang terlatih
  3. Proses klasifikasi data cukup kompleks
  4. Membutuhkan software khusus

Namun, biaya yang relatif tinggi sebanding dengan efisiensi waktu dan ketelitian yang diperoleh.

8.Kesimpulan

GeoLiDAR terbukti memberikan tingkat akurasi sangat tinggi dalam pengukuran volume stockpile pada tambang terbuka. Teknologi ini unggul dalam:

  1. kecepatan pemetaan
  2. detail permukaan
  3. keamanan kerja
  4. akurasi hitungan volume

Dengan hasil lebih presisi (error <2%), GeoLiDAR menjadi teknologi yang sangat direkomendasikan dalam industri pertambangan modern, terutama untuk kebutuhan monitoring bulanan, audit, rekonsiliasi produksi, dan perhitungan material secara real-time.

 

Bagaimana GeoLiDAR Bekerja? Penjelasan Sederhana untuk Pemula

  1. Pendahuluan

Dalam dunia pemetaan modern, nama GeoLiDAR sering terdengar sebagai teknologi pemindaian paling canggih untuk menghasilkan data 3D secara cepat dan akurat. Meskipun terdengar teknis, cara kerja GeoLiDAR sebenarnya sangat sederhana dan dapat dijelaskan dengan analogi sehari-hari. Artikel ini membahas apa itu GeoLiDAR, bagaimana cara kerjanya, serta mengapa teknologi ini penting untuk pemetaan dan analisis geospasial.

  1. Apa Itu GeoLiDAR?

GeoLiDAR (Geospatial Light Detection and Ranging) adalah teknologi pemetaan yang menggunakan laser untuk mengukur jarak dan membentuk model permukaan bumi dalam bentuk point cloud 3D.

Secara sederhana:

  1. GeoLiDAR = pemindai laser + sensor posisi (GPS/IMU) + komputer pengolah data
  2. Hasilnya = peta 3D yang sangat detail

GeoLiDAR dapat dipasang pada:

  1. Drone / UAV
  2. Pesawat
  3. Tripod (TLS)
  4. Kendaraan (Mobile LiDAR)
  5. Perangkat handheld berbasis SLAM

 

  1. Cara Kerja GeoLiDAR: Penjelasan Sederhana
  1. Tahap 1 Laser Dipancarkan: Sensor LiDAR memancarkan ribuan hingga jutaan sinar laser dalam satu detik.
    Analogi: seperti menembakkan “senter cahaya” ke semua arah.
  2. Tahap 2 Laser Memantul dari Objek: Ketika sinar mengenai permukaan (tanah, pohon, bangunan), cahaya akan memantul kembali ke sensor.

Analogi: seperti berteriak di pegunungan dan mendengar gema.

  1. Tahap 3 Menghitung Waktu Perjalanan Cahaya: Sensor menghitung Time of Flight (ToF): berapa lama laser pergi–balik. Karena kecepatan cahaya tetap, jarak objek dapat dihitung dari waktu tersebut.
  2. Tahap 4 sensor GPS dan IMU Menentukan Posisi dan Orientasi: Agar titik-titik memiliki koordinat presisi, sistem GeoLiDAR juga mengukur:
  3. posisi sensor (GPS RTK)
  4. arah gerakan (IMU: gyroscope, accelerometer)
  5. Tahap 5 — Menghasilkan Point Cloud 3D

Setiap sinar laser menjadi 1 titik koordinat (X, Y, Z).
Jutaan titik membentuk model 3D lengkap dari area yang dipindai.

Hasil akhirnya adalah:

  1. bentuk permukaan tanah
  2. bangunan
  3. vegetasi
  4. kontur 3D
  5. volume objek
  1. Mengapa GeoLiDAR Sangat Akurat?
  1. Menghasilkan titik sangat banyak (hingga jutaan/detik): Semakin banyak titik → semakin detail model permukaan.
  2. Tidak tergantung cahaya: Tidak tergantung cahaya
  3. Mampu menembus vegetasi: Laser dapat melewati celah dedaunan, sehingga mampu merekam permukaan tanah di bawah hutan fitur yang tidak dimiliki kamera drone.
  4. Akurasi centimeter

Error posisi bisa < 3 cm pada kondisi ideal.

  1. Apa yang Bisa Dilakukan GeoLiDAR?

Berikut contoh fungsi utama:

  1. Pemetaan Topografi
  2. Analisis Kebencanaan
  3. Pemetaan Hutan
  4. Pertambangan
  5. Konstruksi & Infrastruktur
  1. Kesimpulan

GeoLiDAR adalah teknologi pemetaan 3D berbasis laser yang sangat akurat, cepat, dan efektif. Cara kerjanya sederhana. Memancarkan laser → laser memantul → sensor menghitung jarak → menghasilkan model 3D. Dengan kemampuannya merekam detail permukaan bumi secara presisi, GeoLiDAR menjadi fondasi penting menuju era pemetaan digital dan pengelolaan ruang berbasis data 3D.

 

Pemanfaatan GeoLiDAR untuk Deteksi Vegetasi dan Estimasi Biomassa Hutan

Pendahuluan

Ketersediaan data spasial yang akurat mengenai vegetasi hutan sangat penting untuk pengelolaan sumber daya alam, konservasi, mitigasi perubahan iklim, serta perhitungan stok karbon. Seiring berkembangnya teknologi pemetaan, GeoLiDAR (Geospatial Light Detection and Ranging) menjadi salah satu metode paling efektif dalam mendeteksi struktur vegetasi dan mengestimasi biomassa hutan secara cepat, presisi, dan efisien.

GeoLiDAR bekerja dengan memancarkan gelombang laser ke permukaan bumi lalu merekam pantulan sinyal untuk menghasilkan point cloud tiga dimensi. Informasi elevasi yang sangat detail memungkinkan analisis struktur vertikal hutan, seperti tinggi pohon, stratifikasi vegetasi, kepadatan tajuk, hingga volume vegetasi. Data ini sangat diperlukan untuk estimasi biomassa dan pemantauan kesehatan hutan.

Konsep Dasar GeoLiDAR dalam Analisis Vegetasi

Teknologi GeoLiDAR menghasilkan point cloud yang mengandung ratusan ribu hingga jutaan titik per hektar. Setiap titik mewakili intercept laser dengan objek di permukaan tanah, termasuk daun, ranting, batang pohon, maupun permukaan tanah.

Dalam konteks vegetasi, dua parameter utama yang paling penting adalah:

  1. Canopy Height Model (CHM)

CHM diperoleh dari selisih antara:

  1. DSM (Digital Surface Model) → permukaan atas vegetasi/bangunan
  2. DTM (Digital Terrain Model) → permukaan tanah sebenarnya

Model ini sangat berguna untuk menghitung tinggi pohon dan menganalisis struktur tajuk.

  1. Profil Vertikal Vegetasi

GeoLiDAR menangkap pantulan multi-echo, sehingga setiap pulsa laser dapat menghasilkan beberapa titik dari lapisan vegetasi berbeda. Hal ini membuat GeoLiDAR unggul dibanding fotogrametri dalam memetakan hutan yang lebat.

Metodologi Analisis Biomassa Menggunakan GeoLiDAR

  1. Pengolahan Point Cloud

Tahapan awal meliputi:

  1. Import data LAS/LAZ
  2. Klasifikasi titik (ground, vegetation low-medium-high)
  3. Pembuatan DTM, DSM, dan CHM
  4. Ekstraksi tinggi pohon per plot
  5. Pendekatan Estimasi Biomassa

Beberapa metode umum:

  1. Allometric Equation (Paling Umum)

Biomassa dihitung dengan memasukkan parameter:

  1. DBH (diameter at breast height)
  2. Tinggi pohon (hasil CHM)
  3. Faktor jenis pohon

Contoh formula sederhana:
Biomassa = a × (DBH^b) × (H^c)
(di mana a, b, c nilai sesuai jenis vegetasi)

  1. Voxel-Based Biomass Estimation

Point cloud dipadatkan menjadi kubus (voxel) untuk menghitung volume vegetasi. Semakin banyak voxel terisi, semakin tinggi biomassa.

  1. Statistical Regression dan Machine Learning

Menggunakan hubungan antara variabel LiDAR (tinggi, densitas, intensitas) dengan biomassa survei lapangan:

  1. Random Forest
  2. SVM
  3. Gradient Boosting
  4. Deep Learning

Metode ini lebih presisi saat data hutan heterogen.

Hasil & Temuan Umum dari Pemanfaatan GeoLiDAR

Berdasarkan berbagai studi ilmiah, GeoLiDAR mampu memberikan manfaat berikut:

  1. Estimasi Biomassa Lebih Akurat

GeoLiDAR dapat mencapai tingkat akurasi 80–95% untuk biomassa di hutan tropis, terutama jika dikombinasikan dengan data survei lapangan.

  1. Pemetaan Struktural Hutan 3D

LiDAR mampu memodelkan:

  1. Tinggi pohon individual
  2. Kedalaman kanopi
  3. Tingkat tutupan vegetasi
  4. Distribusi vertikal daun

Hal ini penting untuk konservasi satwa, identifikasi area degradasi, dan rehabilitasi.

  1. Deteksi Perubahan Hutan (Change Detection)

Dengan perbandingan data multitemporal, GeoLiDAR dapat:

  1. Mendeteksi deforestasi kecil (< 5 meter perubahan tinggi pohon)
  2. Memantau pertumbuhan tanaman tahunan
  3. Mengidentifikasi kerusakan akibat kebakaran atau illegal logging
  4. Mendukung Estimasi Cadangan Karbon

Biomassa berkorelasi kuat dengan kandungan karbon. Karena itu, estimasi berbasis GeoLiDAR sangat efektif untuk program:

  1. REDD+
  2. MRV (Monitoring, Reporting, Verification)
  3. Penghitungan karbon nasional

 

 

 

 

 

 

Pendahuluan

Longsor merupakan salah satu bencana geologi yang paling sering terjadi di wilayah berbukit dan pegunungan di Indonesia. Faktor penyebabnya meliputi kondisi geologi, kemiringan lereng, jenis tanah, curah hujan, hingga aktivitas manusia. Untuk melakukan identifikasi dini terhadap potensi longsor, diperlukan teknologi pemetaan yang akurat dan mampu menggambarkan kondisi morfologi permukaan secara detail. GeoLiDAR (Geospatial Light Detection and Ranging) hadir sebagai teknologi pemetaan berbasis laser scanning yang menghasilkan model permukaan beresolusi tinggi. Data GeoLiDAR mampu menangkap variasi bentuk lahan, struktur lereng, dan pola aliran air, sehingga sangat efektif dalam analisis kerawanan longsor berbasis morfometri lereng.

Konsep Dasar GeoLiDAR & Morfometri Lereng

Apa itu GeoLiDAR?

GeoLiDAR adalah sistem pemetaan geospasial menggunakan laser untuk menghasilkan point cloud yang merepresentasikan permukaan bumi. Output utamanya mencakup:

  1. DEM (Digital Elevation Model)
  2. DTM (Digital Terrain Model)
  3. DSM (Digital Surface Model)
  4. Hillshade, Slope, Aspect
  5. Kontur resolusi tinggi

Dari data ini, analisis morfometri dapat dilakukan dengan ketelitian tinggi.

Apa itu Morfometri Lereng?

Morfometri lereng adalah analisis kuantitatif bentuk permukaan bumi, khususnya karakteristik lereng yang memengaruhi stabilitas lahan. Parameter utamanya meliputi:

  1. Kemiringan lereng (Slope)
  2. Arah lereng (Aspect)
  3. Kelengkungan lereng (Curvature)
  4. Elevation & Relief
  5. Pola aliran permukaan (Flow Accumulation)
  6. TPI (Topographic Position Index)

Analisis ini penting sebagai dasar deteksi potensi longsor.

Metodologi Evaluasi GeoLiDAR dalam Deteksi Rawan Longsor

  1. Akuisisi dan Pra-proses Data GeoLiDAR

Tahapan awal mencakup:

  1. Pengambilan data LiDAR ALS atau TLS/SLAM sesuai kebutuhan
  2. Filtering point cloud (ground vs non-ground)
  3. Klasifikasi vegetasi, bangunan, dan permukaan tanah
  4. Pembuatan DEM/DTM beresolusi tinggi (0.25–1 meter)

Kualitas data sangat memengaruhi ketepatan analisis morfometri.

  1. Ekstraksi Parameter Morfometri Lereng

Dari data DEM dilakukan perhitungan:

  1. Slope Map: mengidentifikasi area curam yang berpotensi runtuh
  2. Aspect Map: melihat arah lereng terkait pola hujan dan matahari
  3. Profile & Plan Curvature: mendeteksi area cekung/cembung yang mempengaruhi akumulasi air
  4. Flow Accumulation: memetakan jalur aliran permukaan
  5. Ruggedness Index: mengukur tingkat kekasaran permukaan
  6. TWI (Topographic Wetness Index): mengidentifikasi area rawan jenuh air
  1. Overlay Kerawanan Menggunakan GIS

Parameter-parameter morfometri kemudian di-overlay dengan pendekatan pembobotan:

  1. Weighted Overlay
  2. Analytic Hierarchy Process (AHP)
  3. Logistic Regression Spatial
  4. Machine Learning (Random Forest, SVM)

Output akhirnya berupa Peta Zonasi Rawan Longsor:

  1. Kerawanan Rendah
  2. Kerawanan Sedang
  3. Kerawanan Tinggi

Hasil Evaluasi: Keunggulan Penggunaan GeoLiDAR

  1. Detail Morfologi Sangat Tinggi

GeoLiDAR mampu merekam relief permukaan secara akurat meskipun tertutup vegetasi lebat. Hal ini tidak dimiliki oleh citra satelit resolusi menengah.

  1. Deteksi Mikro-topografi

Fitur kecil seperti:

  1. rekahan tanah,
  2. alur erosi kecil,
  3. tebing mikro,
  4. bekas longsoran lama,

dapat teridentifikasi jelas.

  1. Akurasi Kemiringan Lereng yang Sangat Baik

DTM LiDAR memberikan slope calculation presisi tinggi karena:

  • resolusi tinggi,
  • error vertikal sangat kecil (±5–10 cm).
  1. Efisiensi Analisis Kawasan Luas

Area ribuan hektar dapat dipetakan dalam waktu singkat.

Kesimpulan

GeoLiDAR terbukti sangat efektif dalam deteksi kawasan rawan longsor melalui analisis morfometri lereng. Dengan menghasilkan DEM beresolusi tinggi, teknologi ini mampu menggambarkan detail bentuk permukaan bumi yang menjadi faktor utama dalam kerentanan longsor. Integrasi GeoLiDAR dengan parameter morfometri dan teknik analisis spasial mulai dari slope hingga algoritma machine learning memungkinkan penyusunan peta kerawanan yang lebih akurat dan dapat dijadikan dasar perencanaan mitigasi bencana oleh pemerintah daerah maupun konsultan geoteknik.

 

 

 

TechnoGIS Indonesia Berpartisipasi sebagai Sponsor dan Narasumber pada LAMBUMI 2025

TechnoGIS Indonesia kembali menunjukkan komitmennya dalam mendukung perkembangan ilmu kebumian dan literasi geospasial di Indonesia melalui partisipasinya pada Lomba Ilmu Bumi (LAMBUMI) 2025. Kegiatan tahunan ini menjadi salah satu ajang edukasi terbesar yang mempertemukan pelajar, pendidik, serta berbagai pihak yang bergerak dalam bidang geografi dan teknologi kebumian. Pada penyelenggaraan tahun ini, TechnoGIS mengambil peran sebagai sponsor resmi sekaligus narasumber, memberikan kontribusi langsung baik dari sisi penyelenggaraan maupun pengembangan wawasan peserta.

Turut serta TechnoGIS dalam mensukseskan acara

Sebagai sponsor, TechnoGIS Indonesia turut mendukung berlangsungnya kegiatan secara menyeluruh. Dukungan tersebut tidak hanya berbentuk kontribusi terhadap penyelenggaraan acara, tetapi juga dalam bentuk apresiasi kepada para peserta yang berhasil meraih prestasi dalam perlombaan. Keikutsertaan TechnoGIS memberi nilai tambah bagi kegiatan ini, mengingat perusahaan memiliki rekam jejak panjang dalam menghadirkan teknologi geospasial, solusi pemetaan, serta inovasi berbasis drone untuk kebutuhan industri dan pendidikan.

Peran TechnoGIS sebagai narasumber menjadi bagian penting dalam rangkaian acara. Tim dari TechnoGIS menyampaikan materi yang berfokus pada pemanfaatan teknologi geospasial modern serta penerapan drone dalam berbagai sektor, termasuk pendidikan, riset, dan operasional lapangan. Materi tersebut memberikan gambaran nyata mengenai perkembangan teknologi pemetaan dan bagaimana teknologi geospasial semakin relevan dalam berbagai kebutuhan era digital. Dengan pendekatan yang aplikatif, peserta mendapatkan wawasan mengenai bagaimana data spasial dapat diolah, digunakan, dan diintegrasikan dengan berbagai platform teknologi.

LAMBUMI 2025 sebagai salah satu pintu memperkenalkan teknologi pemetaan

Berdasarkan dokumentasi kegiatan, terlihat sejumlah momen penting yang menggambarkan jalannya acara LAMBUMI 2025. Foto-foto yang diabadikan menampilkan suasana auditorium, sesi pemaparan materi dari TechnoGIS, proses penyerahan penghargaan kepada para peserta, serta sesi foto bersama panitia, peserta, dan narasumber. Dokumentasi tersebut memberi gambaran menyeluruh tentang bagaimana kegiatan berlangsung, memperlihatkan kolaborasi berbagai pihak dalam mensukseskan acara ini. Walaupun tidak menggambarkan dinamika peserta secara detail, dokumentasi tersebut berhasil menunjukkan struktur kegiatan dan kehadiran elemen-elemen penting dalam penyelenggaraan LAMBUMI 2025.

Partisipasi TechnoGIS dalam acara ini merupakan bentuk nyata dukungan terhadap perkembangan pendidikan geospasial di Indonesia. Dalam era yang menuntut kemampuan analisis data spasial dan pemahaman teknologi digital, kegiatan seperti LAMBUMI menjadi kesempatan strategis untuk memperkenalkan teknologi pemetaan dan drone kepada generasi muda. Kehadiran TechnoGIS diharapkan dapat menginspirasi peserta untuk lebih memahami pentingnya teknologi kebumian serta peluang karier yang dapat ditempuh di bidang geospasial.

Melalui keterlibatan ini, TechnoGIS menegaskan kembali visinya sebagai perusahaan yang tidak hanya menghadirkan solusi teknologi, tetapi juga aktif membangun ekosistem pendidikan dan inovasi. Dukungan terhadap kegiatan seperti LAMBUMI menjadi bagian dari upaya berkelanjutan untuk menciptakan generasi yang melek teknologi, adaptif terhadap perubahan, dan siap menghadapi tantangan pemetaan dan analisis spasial di masa depan.

Dengan semangat kolaborasi, TechnoGIS Indonesia berharap dapat terus menjadi bagian dari berbagai kegiatan edukasi dan pengembangan sumber daya manusia di bidang geospasial. LAMBUMI 2025 menjadi bukti nyata bahwa kolaborasi antara dunia industri dan pendidikan mampu menciptakan ruang belajar yang lebih luas dan relevan bagi generasi mendatang.

Integrasi GeoLiDAR dan GIS dalam Perencanaan Tata Ruang Wilayah

Pendahuluan

Perencanaan tata ruang wilayah (RTRW) membutuhkan data spasial yang akurat, detail, dan mutakhir untuk mendukung penyusunan kebijakan pemanfaatan ruang yang berkelanjutan. Selama bertahun-tahun, pemetaan konvensional sering menghadapi kendala seperti cakupan terbatas, waktu survei yang lama, dan ketidakakuratan pada daerah dengan topografi kompleks. Kemajuan teknologi pemetaan khususnya GeoLiDAR (Geospatial Light Detection and Ranging) dan GIS (Geographic Information System) telah menghadirkan solusi modern yang mampu meningkatkan kualitas perencanaan ruang di tingkat kabupaten, kota, hingga provinsi.

Integrasi kedua teknologi ini memungkinkan pemerintah daerah dan konsultan perencanaan untuk menganalisis kondisi fisik wilayah secara 3D dan melakukan simulasi pemanfaatan ruang yang lebih komprehensif, presisi, dan berbasis data.

Konsep Dasar GeoLiDAR dan GIS

Apa itu GeoLiDAR?

GeoLiDAR adalah teknologi pemetaan berbasis laser yang menghasilkan point cloud tiga dimensi dengan resolusi tinggi. Teknologi ini digunakan pada:

  1. Pesawat (ALS – Airborne LiDAR System)
  2. Mobil (MLS – Mobile LiDAR System)
  3. Tripod (TLS – Terrestrial LiDAR System)
  4. Drone/UAV (LiDAR drone)

Output utama GeoLiDAR meliputi:

  1. DTM (Digital Terrain Model)
  2. DSM (Digital Surface Model)
  3. CHM (Canopy Height Model)
  4. Model 3D bangunan dan infrastruktur

Apa itu GIS?

GIS adalah sistem yang digunakan untuk mengolah, menganalisis, dan memvisualisasikan data spasial untuk mendukung pengambilan keputusan.

Output GIS digunakan dalam dokumen:

  1. RTRW (Rencana Tata Ruang Wilayah)
  2. RDTR (Rencana Detail Tata Ruang)
  3. Kajian KLHS, AMDAL, dan Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang (KKPR)

 

Integrasi GeoLiDAR dan GIS dalam Perencanaan Tata Ruang

Integrasi dua teknologi ini memberikan kemampuan analisis spasial yang jauh lebih lengkap dibanding metode konvensional. Berikut beberapa penerapannya:

  1. Pemetaan Fisik Dasar Wilayah yang Lebih Presisi

GeoLiDAR menghasilkan peta:

  1. kemiringan lereng
  2. kontur dengan interval 0.5–1 meter
  3. bentuk permukaan tanah (DTM)
  4. bangunan dan infrastruktur secara 3D

Dalam GIS, data ini digunakan sebagai base map RTRW untuk menentukan:

  1. Kawasan lindung
  2. Kawasan budidaya
  3. Daerah rawan bencana
  4. Zonasi lahan dan wilayah permukiman

Contoh pemanfaatan:
Identifikasi kemiringan lereng > 40% untuk kawasan lindung dan konservasi.

  1. Analisis Risiko Bencana Berbasis Data 3D

GeoLiDAR sangat efektif untuk pemetaan:

  1. rawan longsor (berdasarkan DTM dan kemiringan)
  2. rawan banjir (menggunakan model limpasan air atau flow accumulation)
  3. rawan tsunami (menggabungkan elevasi dan jarak dari garis pantai)

 

GIS membantu meng-overlay data tersebut dengan:

  1. penggunaan lahan
  2. kepadatan penduduk
  3. jaringan jalan
  4. bangunan kritis (sekolah, rumah sakit)

Hasilnya dipakai dalam:

  1. KLHS RTRW
  2. penyusunan rencana mitigasi bencana
  3. penentuan zona aman permukiman
  1. Identifikasi dan Monitoring Perubahan Penggunaan Lahan

GeoLiDAR multitemporal (dari pemotretan berbeda tahun) memungkinkan:

  1. deteksi deforestasi
  2. perubahan tutupan lahan
  3. pertumbuhan kawasan permukiman
  4. penyusunan tren urbanisasi

GIS kemudian mengkonversi perubahan ini menjadi informasi:

  1. kecenderungan pertumbuhan kota
  2. kebutuhan infrastruktur masa depan
  3. rekomendasi pengembangan kawasan baru (urban growth model)
  1. Penyusunan RDTR dan Zonasi Berbasis 3D

Dengan GeoLiDAR, pemerintah dapat membentuk model 3D bangunan dan vegetasi yang sangat detail.
Dalam GIS, ini sangat berguna untuk:

  1. analisis KDB (Koefisien Dasar Bangunan)
  2. KLB (Koefisien Lantai Bangunan)
  3. ketinggian bangunan (building height)
  4. setback/jarak sempadan
  5. analisis bayangan (sun shadow)

Zonasi menjadi lebih realistis dan sesuai kondisi lapangan.

  1. Perencanaan Infrastruktur dan Simulasi Rute

Data DTM hasil LiDAR memungkinkan:

  1. pemilihan rute jalan
  2. desain drainase
  3. penentuan lokasi jaringan utilitas
  4. analisis cut and fill untuk konstruksi

GIS kemudian memproses data tersebut menjadi:

  1. analisis biaya
  2. peta rencana jaringan jalan
  3. model kesesuaian lahan
  4. alternatif jalur transportasi
  1. Penyusunan Kebijakan Tata Ruang yang Lebih Akurat

Integrasi GeoLiDAR dan GIS menghasilkan data:

  1. faktual
  2. terukur
  3. berbasis bukti (evidence-based planning)

Sehingga kebijakan tata ruang lebih:

  1. presisi
  2. berkelanjutan
  3. minim konflik pemanfaatan ruang
  4. sesuai dengan prinsip keadilan spasial

Kesimpulan

Integrasi GeoLiDAR dan GIS menawarkan pendekatan modern dalam perencanaan tata ruang wilayah. Teknologi ini memberikan pemahaman komprehensif terhadap kondisi fisik dan sosial wilayah, memungkinkan perencanaan yang lebih presisi, efektif, dan responsif terhadap risiko bencana maupun dinamika pembangunan. Dengan kemampuan menganalisis data 3D secara detail, GeoLiDAR dan GIS bukan hanya meningkatkan kualitas RTRW dan RDTR, tetapi juga menjadi fondasi bagi pengembangan smart city, pemantauan lingkungan, dan implementasi kebijakan pembangunan berkelanjutan.