Gambarkan Skema Subsistem SIG: Memahami Komponen Utama dalam Sistem Informasi Geografi

TechnogisSistem Informasi Geografi (SIG) adalah sistem berbasis komputer yang digunakan untuk mengumpulkan, menyimpan, menganalisis, dan menampilkan data geografis. Komponen-komponen utama SIG dirancang untuk bekerja secara sinergis dalam mengelola data spasial dan atribut yang berkaitan dengan lokasi geografis. Artikel ini akan membahas secara mendalam skema subsistem SIG dan bagaimana komponen-komponen tersebut bekerja bersama dalam mengolah data geografis.

Mungkin Anda Butuhkan:

Jasa Gis
Jasa Pemetaan Gis dan Pemetaan Gis
Jasa Pemetaan dan Jasa Survey Pemetaan
Jasa Gis dan Jasa Webgis

Apa Itu Subsistem dalam SIG?

Subsistem dalam SIG merujuk pada bagian-bagian integral yang memiliki fungsi spesifik namun saling terhubung untuk memastikan sistem berfungsi secara optimal. Setiap subsistem mendukung langkah-langkah utama dalam pengolahan data geografis, mulai dari pengumpulan data hingga penyajiannya.

Komponen utama SIG biasanya mencakup:
1. Subsistem Data
2. Subsistem Perangkat Keras
3. Subsistem Perangkat Lunak
4. Subsistem Sumber Daya Manusia
5. Subsistem Prosedur

Skema Subsistem SIG

Skema subsistem SIG menggambarkan bagaimana komponen-komponen ini saling berinteraksi. Diagram sederhana dari skema subsistem SIG adalah sebagai berikut:

1. Subsistem Data
Subsistem ini mencakup semua jenis data yang diperlukan untuk analisis geospasial, termasuk:
Data Spasial: Informasi tentang lokasi dan bentuk objek geografis (misalnya, peta digital, koordinat GPS).
Data Atribut: Informasi deskriptif tentang objek geografis (misalnya, populasi, jenis tanah, dan cuaca).

Proses dalam Subsistem Data
Pengumpulan Data: Dilakukan melalui survei lapangan, sensor satelit, drone, atau data sekunder.
Validasi Data: Memastikan data akurat dan bebas dari kesalahan.
Penyimpanan Data: Menggunakan database geografis seperti PostgreSQL/PostGIS atau ArcGIS Geodatabase.

2. Subsistem Perangkat Keras
Perangkat keras adalah komponen fisik yang mendukung operasional SIG, meliputi:
Komputer atau Server: Untuk mengolah dan menyimpan data.
Perangkat Masukan: Seperti GPS, drone, scanner peta, dan digitizer.
Perangkat Keluaran: Printer plotter untuk mencetak peta, layar monitor untuk menampilkan analisis data.

Fungsi Utama
– Menyediakan alat untuk pengumpulan data secara digital.
– Mendukung proses analisis data yang membutuhkan daya komputasi tinggi.

3. Subsistem Perangkat Lunak
Perangkat lunak SIG berfungsi untuk mengolah data spasial dan atribut. Contoh perangkat lunak SIG populer meliputi:
ArcGIS: Digunakan untuk analisis geospasial dan pembuatan peta.
QGIS: Perangkat lunak open-source yang mendukung berbagai format data spasial.
GRASS GIS: Spesialisasi dalam analisis data raster dan vektor.

Modul dalam Perangkat Lunak SIG
Data Entry: Untuk memasukkan data baru.
Data Management: Mengorganisasi dan memelihara data dalam database.
Spatial Analysis: Melakukan analisis seperti buffer, overlay, dan interpolasi.
Visualization: Menyajikan hasil analisis dalam bentuk peta atau grafik.

Mungkin Anda Butuhkan:

Pelatihan Gis
Portofolio Technogis

4. Subsistem Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia adalah elemen penting dalam SIG karena mereka adalah pengguna yang mengoperasikan dan mengelola sistem. Peran utama mereka meliputi:
Operator SIG: Mengumpulkan dan menginput data.
Analis SIG: Menginterpretasi hasil analisis data geografis.
Manajer Proyek: Mengawasi keseluruhan proses implementasi SIG.

Keahlian yang Dibutuhkan
– Pemahaman tentang data spasial dan teknologi SIG.
– Keterampilan analisis dan pemrograman dasar untuk perangkat lunak SIG.

5. Subsistem Prosedur
Subsistem ini melibatkan aturan, panduan, dan alur kerja yang digunakan dalam pengelolaan SIG. Prosedur mencakup:
Protokol Pengumpulan Data: Untuk memastikan data yang dikumpulkan relevan dan akurat.
Prosedur Analisis: Metode yang digunakan untuk memproses dan menganalisis data.
Standar Pelaporan: Format penyajian hasil analisis yang sesuai dengan kebutuhan pengguna.

Tujuan Utama
– Meningkatkan efisiensi dan konsistensi dalam pengelolaan SIG.
– Memastikan hasil analisis dapat diandalkan.

Keuntungan Memahami Skema Subsistem SIG

Dengan memahami skema subsistem SIG, organisasi dapat mengoptimalkan penggunaan SIG untuk berbagai kebutuhan, seperti:
1. Perencanaan Kota: Menganalisis tata guna lahan dan kepadatan penduduk.
2. Manajemen Bencana: Memetakan daerah rawan bencana dan menyusun rencana evakuasi.
3. Pertanian Presisi: Menggunakan data geospasial untuk meningkatkan hasil panen.

Mungkin Anda Butuhkan:

Jasa Pemetaan Lidar
Pemetaan Topografi
Jasa Pemetaan Drone
Jasa Pemetaan Uav dan Pemetaan Uav

Kesimpulan

Sistem Informasi Geografi adalah alat yang sangat berguna dalam menganalisis data geografis untuk mendukung pengambilan keputusan. Dengan memahami skema subsistem SIG, kita dapat melihat bagaimana komponen-komponen seperti data, perangkat keras, perangkat lunak, sumber daya manusia, dan prosedur bekerja sama untuk menciptakan analisis yang akurat dan efisien. Implementasi SIG yang baik tidak hanya bergantung pada teknologi, tetapi juga pada pengelolaan yang tepat dan sumber daya manusia yang kompeten.

Visualisasi Data Kependudukan: Cara Terbaru Mengolah Data

Technogis – Dalam era digital yang semakin berkembang, pengelolaan data kependudukan menjadi semakin penting. Sebagai warga negara, kita perlu memahami bagaimana data kependudukan dapat dimanfaatkan secara optimal untuk mendukung pengambilan keputusan yang lebih efektif dan tepat sasaran. Salah satu pendekatan yang semakin populer adalah melalui visualisasi data. Teknik visualisasi data memungkinkan kita untuk menyajikan informasi kompleks dalam bentuk yang lebih mudah dipahami dan menarik.

Dalam artikel ini, kita akan membahas bagaimana visualisasi data kependudukan dapat diterapkan dengan cara terbaru. Kita akan mengeksplorasi berbagai alat dan teknik yang dapat digunakan, serta melihat contoh-contoh penerapannya dalam dunia nyata. Tujuan utama dari artikel ini adalah memberikan pemahaman yang komprehensif tentang pemanfaatan visualisasi data kependudukan untuk mendukung pengambilan keputusan yang lebih efektif.

Mungkin Anda Butuhkan:

Jasa Gis
Jasa Pemetaan Gis dan Pemetaan Gis
Jasa Pemetaan dan Jasa Survey Pemetaan
Jasa Gis dan Jasa Webgis

Pentingnya Visualisasi Data Kependudukan

Data kependudukan memainkan peran vital dalam perencanaan dan pengambilan keputusan di berbagai sektor, termasuk pemerintahan, bisnis, dan penelitian. Namun, seringkali data kependudukan yang tersedia dalam bentuk tabel atau laporan angka-angka sulit dipahami dengan mudah. Visualisasi data kependudukan dapat membantu mengatasi masalah ini dengan mengubah data mentah menjadi grafik, peta, dan diagram yang lebih intuitif dan menarik.

Beberapa manfaat utama dari visualisasi data kependudukan antara lain:

1. Memudahkan Pemahaman: Visualisasi data dapat dengan cepat menyampaikan informasi kompleks melalui bentuk visual yang mudah dipahami. Hal ini membantu pemangku kepentingan, seperti pengambil kebijakan, peneliti, dan masyarakat umum, untuk memahami tren, pola, dan wawasan yang terkandung dalam data kependudukan.

2. Mengidentifikasi Pola dan Tren: Visualisasi data dapat membantu mengungkap pola, tren, dan hubungan dalam data kependudukan yang mungkin tidak terlihat jelas dalam format tabel atau laporan angka. Hal ini memungkinkan analisis yang lebih mendalam dan pengambilan keputusan yang lebih tepat.

3. Mendukung Komunikasi yang Efektif: Visualisasi data kependudukan dapat digunakan untuk menyampaikan informasi secara efektif kepada pemangku kepentingan, seperti pembuat kebijakan, media, dan masyarakat. Grafik dan visualisasi yang menarik dapat membantu menyampaikan pesan secara jelas dan meyakinkan.

4. Meningkatkan Transparansi: Dengan menyajikan data kependudukan secara visual, proses pengambilan keputusan menjadi lebih transparan dan dapat dipertanggungjawabkan. Hal ini membangun kepercayaan dan meningkatkan akuntabilitas pemerintah dan lembaga terkait.

5. Mendorong Analisis yang Lebih Mendalam: Visualisasi data kependudukan dapat memicu wawasan dan pertanyaan baru, mendorong analisis yang lebih komprehensif dan mendalam. Hal ini dapat mengarah pada pemahaman yang lebih baik tentang dinamika kependudukan dan implikasinya pada perencanaan dan pengambilan keputusan.

Teknik Visualisasi Data Kependudukan Terkini

Dalam beberapa tahun terakhir, telah muncul berbagai teknik dan alat visualisasi data kependudukan yang semakin canggih dan mudah digunakan. Berikut adalah beberapa contoh teknik visualisasi data kependudukan yang dapat diterapkan:

1. Peta Tematik
Peta tematik adalah alat visualisasi yang menampilkan data kependudukan berdasarkan wilayah geografis. Peta ini dapat digunakan untuk menunjukkan variasi data seperti kepadatan penduduk, tingkat kelahiran, dan migrasi penduduk di berbagai daerah. Contohnya, Peta Kepadatan Penduduk Indonesia yang menyajikan sebaran kepadatan penduduk di setiap provinsi.

2. Grafik Interaktif
Grafik interaktif memungkinkan pengguna untuk berinteraksi dengan visualisasi data, seperti memperbesar, memindahkan, atau memfilter informasi yang ditampilkan. Hal ini dapat membantu mengeksplorasi data kependudukan secara lebih mendalam. Contohnya, grafik interaktif yang menampilkan perubahan struktur usia penduduk suatu negara dari waktu ke waktu.

3. Infografis Dinamis
Infografis dinamis menggabungkan elemen-elemen visual, animasi, dan teks untuk menyampaikan informasi kependudukan secara menarik dan interaktif. Infografis ini dapat digunakan untuk menyajikan tren, perbandingan, dan wawasan kependudukan dalam bentuk yang mudah dipahami. Contohnya, infografis yang menjelaskan piramida penduduk suatu negara dan implikasinya terhadap kebijakan sosial.

4. Dashboards Analitik
Dashboard analitik adalah alat visualisasi yang menyajikan berbagai metrik dan indikator kependudukan dalam satu tampilan komprehensif. Hal ini memudahkan pengambil keputusan untuk memantau dan menganalisis data kependudukan secara real-time. Contohnya, dashboard yang menampilkan data perubahan populasi, tingkat kelahiran, dan migrasi penduduk suatu daerah.

5. Visualisasi Spasio-Temporal
Visualisasi spasio-temporal menggabungkan aspek geografis dan dimensi waktu untuk menampilkan perubahan data kependudukan dalam ruang dan waktu. Hal ini dapat membantu mengidentifikasi pola dan tren migrasi penduduk, pertumbuhan perkotaan, dan perubahan demografis. Contohnya, animasi yang menunjukkan perubahan kepadatan penduduk di suatu wilayah selama beberapa dekade.

Mungkin Anda Butuhkan:

Pelatihan Gis
Portofolio Technogis

Penerapan Visualisasi Data Kependudukan dalam Dunia Nyata

Visualisasi data kependudukan telah banyak diterapkan dalam berbagai konteks, mulai dari perencanaan pembangunan, pengambilan kebijakan, penelitian akademis, hingga komunikasi publik. Berikut adalah beberapa contoh penerapan visualisasi data kependudukan dalam dunia nyata:

1. Perencanaan Perkotaan dan Infrastruktur
Pemerintah daerah dapat menggunakan visualisasi data kependudukan, seperti peta tematik dan dashboard analitik, untuk merencanakan pembangunan infrastruktur yang sesuai dengan kebutuhan penduduk. Misalnya, mengidentifikasi daerah dengan kepadatan penduduk tinggi untuk menentukan prioritas pembangunan fasilitas publik.

2. Analisis Demografi dan Proyeksi Populasi
Lembaga penelitian dan badan statistik dapat menggunakan visualisasi data kependudukan untuk menganalisis tren demografis, seperti perubahan struktur usia, migrasi, dan pertumbuhan populasi. Hasil analisis ini dapat digunakan untuk membuat proyeksi kependudukan yang lebih akurat dan informatif.

3. Komunikasi Publik dan Advokasi
Organisasi non-pemerintah dan media dapat memanfaatkan visualisasi data kependudukan untuk menyampaikan informasi dan pesan kepada masyarakat. Infografis yang menarik dan mudah dipahami dapat digunakan untuk meningkatkan kesadaran publik dan mempromosikan isu-isu kependudukan yang penting.

4. Pemantauan dan Evaluasi Program Sosial
Pemerintah dan lembaga terkait dapat menggunakan dashboard analitik dan visualisasi spasio-temporal untuk memantau dan mengevaluasi efektivitas program-program sosial, seperti pengentasan kemiskinan dan peningkatan akses pendidikan. Hal ini membantu mengidentifikasi area yang membutuhkan intervensi lebih lanjut.

5. Penelitian Akademis dan Inovasi
Akademisi dan peneliti dapat memanfaatkan visualisasi data kependudukan untuk mengeksplorasi hipotesis, mengidentifikasi pola, dan menyampaikan temuan penelitian secara lebih efektif. Hal ini dapat mendorong inovasi dan wawasan baru dalam bidang kependudukan.

Mungkin Anda Butuhkan:

Jasa Pemetaan Lidar
Pemetaan Topografi
Jasa Pemetaan Drone
Jasa Pemetaan Uav dan Pemetaan Uav

Kesimpulan

Visualisasi data kependudukan merupakan pendekatan yang semakin penting dalam era digital saat ini. Teknik-teknik visualisasi yang canggih, seperti peta tematik, grafik interaktif, infografis dinamis, dashboard analitik, dan visualisasi spasio-temporal, dapat membantu mengubah data kependudukan mentah menjadi informasi yang mudah dipahami dan berguna bagi berbagai pemangku kepentingan.

Penerapan visualisasi data kependudukan dalam berbagai konteks, seperti perencanaan perkotaan, analisis demografi, komunikasi publik, pemantauan program sosial, dan penelitian akademis, telah menunjukkan manfaat yang nyata. Visualisasi data kependudukan dapat meningkatkan pemahaman, mendukung pengambilan keputusan yang lebih efektif, dan mendorong inovasi dalam bidang kependudukan.

Dengan terus mengembangkan dan menerapkan teknik-teknik visualisasi data kependudukan yang terbaru, kita dapat memanfaatkan potensi data kependudukan secara optimal untuk mendukung pembangunan yang lebih tepat sasaran dan kesejahteraan masyarakat yang lebih baik.

Perbedaan Koordinat Geografik dan UTM

Perbedaan Koordinat Geografik dan UTM – Perbedaan Koordinat Geografik dan UTM sebenarnya apakah itu? Mungkin ada diantara anda yang bertanya-tanya tentang hal tersebut. Jika anda ingin mengetahui jawabannya, maka anda bisa untuk baca dan simak ulasannya seperti berikut ini.

Perbedaan Koordinat Geografik dan UTM

Pernahkah anda melihat sebuah peta? Jika anda amati sebuah peta, anda akan melihat garis-garis membujur dan melintang. Garis-garis ini dapat memudahkan anda untuk menentukan dan mengetahui suatu tempat di muka bumi. 

Baca : Mengenal Pengertian Survey Terestris dan Metode Pengukurannya 

Akan ada perpotongan dari garis yang membujur dan ada juga garis melintang, dua garis membujur dan melintang akan membuat perpotongan tersebut yang dinamakan koordinator. koordinat ini bisa digunakan untuk mengetahui posisi anda di permukaan bumi.  Untuk mengetahui perbedaan koordinat geografik dan UTM mari kita pelajari terlebih dahulu tentang koordinat geografik dan UTM di rincian definisi seperti di bawah ini.

a. Sistem Koordinat Geografik

Di Indonesia ada dua jenis sistem koordinat yang digunakan, dua sistem koordinat tersebut adalah sistem koordinat geografis (lintang-bujur) dan sistem koordinat UTM (Universal Transverse Mercator). Lalu apa perbedaan koordinat tersebut?

Sistem koordinat geografis merupakan sistem koordinat yang dinyatakan dengan Lintang dan Bujur dan satuan yang digunakan adalah derajat. Untuk sistem yang satu ini akan mengacu kepada titik-titik ke permukaan bumi jika diletakkan pada permukaan bola atau yang dikenal dengan sistem koordinat ellipsoid.

Sistem koordinat ini pun terdiri dari dua komponen yang menentukan. Dua komponen dari koordinat ini adalah.

  1. Garis dari atas ke bawah atau vertikal yaitu yang menghubungkan kutub Utara dan kutub Selatan, ini disebut dengan garis lintang atau Latitude. 
  2. Selanjutnya adalah garis datar yang sejajar dengan khatulistiwa, ini disebut harus bujur atau Longitude. 

Nah, garis khatulistiwa atau Equator sendiri adalah garis yang digunakan untuk membagi dua wilayah Utara dan Selatan, maka dengan demikian garis ini berada di tengah. Lalu untuk membagi dua wilayah Timur dan Barat bagian bumi akan digunakan garis garis Prime meridian.

Baca Juga: Apa sih Peran Surveyor dalam Proses Survey Pemetaan? 

b. Sistem Koordinat UTM

Selanjutnya adalah sistem koordinat UTM. Perbedaan koordinat geografis dan UTM adalah jika untuk sistem koordinat geografis mengacu pada bentuk bumi yang sesungguhnya, sedangkan koordinat UTM atau Universal Transverse Mercator adalah sistem koordinat proyeksi atau tidak mengacu pada bentuk bumi yang bulat melainkan pada bentuk bumi yang datar. 

Sistem koordinat ini akan memproyeksikan bentuk bumi ke dalam bentuk tabung ke dalam satuan meter. Nah, proyeksi tersebut akan dilakukan pada setiap garis bujur 6°, garis bujur inilah yang disebut zona UTM.

Sehingga jika mengacu pada bentuk bumi yang bulat maka akan ada 60° zona UTM di dunia, zona UTM dunia dari zona 1 dari 180° Bujur Barat (BB) – 174° BB, kemudian zona 2 dari 174° BB ke 168° BB, terus berlanjut ke arah timur sampai ke zona 60 yang dimulai dari 174° Bujur Timur sampai ke 180° BT. 

Nah, di Indonesia ada 9 zona UTM. 9 zona UTM yang ada di Indonesia akan dimulai dari meridian 90° BT sampai ke meridian 144° BT dengan batas paralel (lintang) 11° LS hingga 6°LU. Dengan demikian maka diketahui jika wilayah Indonesia dimulai dari zona ke 46 yaitu meridian sentral 93° BT, hingga ke zona 54 yaitu meridian sentral 141° BT.

Kesimpulan

Itulah ulasan seputar perbedaan koordinat Geografik dan UTM. Dengan sistem koordinat maka pemetaan suatu wilayah akan lebih mudah. Jika anda berencana melakukan pemetaan wilayah yang lebih sempit (skala besar) seperti hanya memetakan daerah pertambangan  di salah satu Kecamatan atau desa maka anda bisa menggunakan sistem koordinat UTM. 

Tertarik mempelajari tentang koordinat geografik dan UTM? bisa banget mengikuti pelatihan gis bersama Techno GIS Indonesia. Belajar geospasial jadi lebih terarah dan mudah bersama mentor yang profesional juga tempat yang nyaman. 

di pelatihan gis ini Anda bisa belajar dalam kelas pelatihan gis dasar juga kelas advance. Informasi pelatihan, fasilitas yang didapatkan, materi pembelajaran juga harga bisa langsung konsultasi dengan tim Techno GIS Indonesia.

Sekian informasi hari ini tentang Perbedaan koordinat geografik dan UTM, semoga bermanfaat!

Sistem Informasi Geografis ( SIG )

Sistem Informasi Geografis atau SIG adalah integrasi seperangkat hardware dan software yang digunakan untuk membuat, memproses, menganalisis data permukaan bumi untuk mendapatkan suatu tujuan tertentu. pengertian ini merupakan hasil penggabungan dari berbagai pengertian-pengertian tentang Sistem Informasi Geografis dalam berbagai sumber dan tenaga ahli dibidang ilmu kebumian. Sistem Informasi Geografis mempunyai ciri yang unik daripada sistem informasi pada umumnya, dimana data spasial merupakan obyek utama yang dipelajari mempunya unsur lokasi secara absolut dimana posisi ini ditentukan dalam bentuk sumbu x (longitute) dan sumbu y (latitute) dalam perkembangannya data spasial untuk pemodelan 3D akan memiliki sumbu y (ketinggian). sumbu x dan y merupakan hasil pemikiran manusia dimana posisi ditentukan dari garis imaginer yang telah disepakati secara internasional menjadi sebuah batas / lokasi secara absolut di permukaan bumi.

Berikut beberapa pengertian Sistem Informasi Geografis dari berbagai sumber dan ahli.

Credit photo : TechnoGIS ID 2017

Sejarah perkembangan Sistem Informasi Geografis

Sebelum menilik mengenai sejarah dan perkembangan SIG, perlu di ketahui dahulu komponen utama dalam SIG yaitu data spasial. Data spasial merupakan data yang memiliki nilai keruangan atau posisi baik bersifat relatif maupun absolut. Awal mulanya, data spasial banyak digambarkan dalam berbagai jenis, bisa berupa mental map (peta yang tertanam dalam pikiran/ingatan), peta tergambar ataupun denah.

Pada beberapa situs bersejarah, salah satunya di gua Lascaux di Perancis yang diperkirakan dibuat pada 35000 tahun lalu terdapat gambaran rute migrasi hewan  pada dinding-dinding gua. Gambaran tersebut didiga sebagai gambaran mental map untuk menujukkan lokasi buruan hewan melalui kebiasaan migrasi mereka.

Informasi dan data spasial terus mengalami perkembangan hingga pembuatan peta dengan sistem yang lebih matematis pada tahun 150 SM dengan memperhatikan presisi hingga penambahan informasi garis khayal untuk acuan posisi. Perkembangan pemetaan terus dilakukan seiring dengan kebutuhan informasi spasial sehingga pada tahun 1700-an awal, survey pengukuran teknis terkontrol mulai dilakukan untuk pembuatan peta topografi.

Perkembangan peta juga beriringan dengan perkembangan teknologi komputerisasi. Awalnya komputer digunakan untuk keperluan militer saat perang dunia II dan perkembangannya cukup pesat saat itu. Setelah perang usai, komputer mulai dikembangkan untuk berbagai bidang tidak terkecuali untuk pengolahan data spasial. Perkembangan fungsi perangkat keras dan perangkat lunak mendorong untuk perkembangan pengolahan data spasial yang mulanya penggambaran menjadi satu basis mulai dipisahkan dalam sistem layer. Teknik ini mulai digunakan pada kisaran tahu 1960-an.

Pada tahun 1967 Kanada menjadi negara pertama yang menggunakan SIG untuk inventarisasi data spasial di negaranya. Sistem yang digunakan diberi nama Canadian GIS untuk memetakan berbagai informasi penting di Kanada dikembangkan oleh Roger Tominson. Perangkat yang dikembangkan adalah gvSIG.CGIS yang sudah membawa banyak fitur didalamnya. Pada zaman itu, perangkat SIG tersebut sudah cukup lengkap dan luar biasa karena mampu untuk menampilkan banyak dataa dalam bentuk layer berbeda, mampu untuk memindai data dengan digitasi, dapat digunakan untuk analisis spasial berupa overlay atau tumpang tindih layer, basis data atribut yang terpisah, koordinat, hingga topologi.

Hingga akhir 1980 penggunaan perangkat keras SIG terus dikembangkan. Memang membutuhkan waktu yang lama untuk mengembangkan sistem ini, namun akhirnya pada awal tahun 1990-an, beberapa perusahaan besar mampu mengambil alih kinerja perangkat CGIS menjadi bentuk perangkat mikro pada komputer pribadi. Hingga saat ini, banyak sekali perkembangan penggunaan aplikasi SIG karena fitur yang diberikan semakin canggih dan praktis. SIG dapat digunakan dengan mudah saat ini karena aplikasi free pun dapat ditemui. Implementasi ilmu dan analisis berbasis SIG juga dapat diterapkan dalam berbagai fenomena keruangan. Hal ini yang menuntut kebutuhan akan sumberdaya manusia yang mumpuni untuk mengolah dan menganalisis data spasial semakin tinggi.

Universitas yang berperan aktif dalam perkembangan ilmu Sistem Informasi Geografis di Indonesia Universitas Gadjah Mada, Universitas Indonesia, dan Universitas Muhammadiyah Surakarta yang bberfokus dalam pengembangan ilmu Geografi, dan masih banyak lagi universitas di Indonesia yang juga memiliki fakultas Geografi berbasis pendidikan.

Pengenalan dan pengelolaan data spasial dapat dilakukan dengan belajar sig sejak dini. Belajar harus mencangkup praktek penggunaan tools beserta ekseskusinya. Hal ini dikarenakan data spasial berbeda dengan data biasa pada umumya karena memiliki informasi spasial dan memiliki informasi lainnya yang tercantum pada atributnya. Disamping pengenalan mengenai peran SIG dalam segala bidang, pemahaman mengenai konsep spasial juga sangat diperlukan. Nantinya pemahaman konsep ini yang akan menuntun dalam analisis spasial menggunakan SIG.

Untuk lebih mematangkan konsep dan prakteknya, perlu dilakukan pelatihan sig atau kursus sig yang mampu memenuhi kebutuhan tersebut. Pelatihan yang memberikan konsep dasar secara ringan dan jelas sehingga mudah dipahami dan diterima serta praktek dalam eksekusi suatu studi kasus untuk mempermudah pemahaman dan implementasi SIG.

Pemanfaatan Sistem Informasi Geografis di berbagai bidang telah banyak diterapkan. Pada bidang pertanian contohnya, analisis untuk membantu pembuatan jaringan irigasi yang efektif dan pembuatan pemodelan jaringan sehingga perencanaan menjadi lebih efisien dari segi waktu dan tenaga jika dibandingkan dengan melakukan survey lapangan secara keseluruhan. Adapun di bidang pertanian, SIG juga memiliki peran untuk membatu dalam pengukuran lahan hingga estimasi produksi melalui pemetaan. Pada bidang perencanaan kota, SIG sangat berperan dalam representasi tata ruang kota dan perencanaan pembangunan dengan melihat aspek dampak dari pemanfataan suatu ruang. Bahkan untuk bidang kesehatan, SIG juga mulai dikembangkan untuk mengetahui potensi penyakit endemik yang dikaitkan dengan habitat vektor penyakit tersebut sehingga wilayah berpotensi dapat terklasifikasi dan tindakan preventif dapat dilakukan. Masih banyak lagi implementasi SIG lainnya untuk berbagai bidang yang sangat bermanfaat dan memiliki peran dalam pengambilan keputusan.

Prediksi arah perkambangan Sistem Informasi Geografis dimasa mendatang akan semakin berperan dan banyak digunakan oleh berbagai kalangan. Pada saat ini, kebutuhan sumberdaya manusia yang memiliki skill analisis spasial dan pengoperasian SIG sudah banyak dibutuhkan, sehingga banyak orang yang belajar secara otodidak untuk mengenal SIG karena tuntutan. Oleh karenanya tidak ada salahnya jika memulai untuk belajar SIG dari sekarang dengan konsep yang benar sehingga implementasi dalam segala hal menjadi lebih mudah.

Jasa Pemetaan untuk Monitoring

Jasa Pemetaan untuk Monitoring – Kami menyediakan jasa pemetaan dan pemotretan udara UAV yang dapat digunakan dalam melakukan monitoring lahan. Penggunaan UAV dapat membatu dalam pengumpulan informasi terkait dengan pemantauan lahan secara berkala, serta memiliki kelebihan pada efisiensi waktu dan tenaga.

Monitoring lahan merupakan salah satu cara untuk memantau perubahan yang terjadi pada suatu lahan. Manfaat dari monitoring pada bidang pertanian, perkebunan, dan kehutanan antara lain :

  1. Mengetahui perubahan penggunaan lahan
  2. Mengetahui pertumbuhan tanaman pertanian
  3. Membantu optimalisasi pola penanaman pada tanaman perkebunan
  4. Sebagai asset inventarisasi dan membantu dalam pengelolaan hutan
  5. Memberikan informasi guna mendukung dalam melakukan evaluasi lahan

Dan masih banyak lagi manfaat lainnya.

Pemetaan dan pemotretan udara dengan menggunakan UAV memiliki hasil yang akurat dengan informasi skala detil. Kami juge menyediakan beragam jenis pelatihan dan jasa pengolahan data spasial. Jika Anda berminat menggunakan jasa kami, silahkan hubungi 0274 – 2833287 atau melalui [email protected] . Kunjungi website kami untuk informasi lebih lanjut.

Map Design 2 : Simbolisasi

Map Design 2 : Simbolisasi  – Map Design (Desain Peta) sering dihubungkan dengan teknik visualisasi peta. Orang yang berperan dalam melakukan desain peta disebut dengan kartografer (cartographer). Di Indonesia khususnya, literatur yang membahas tentang desain dan simbologi pada peta masih tergolong sedikit. Oleh karenanya, kami ingin berbagai sedikit informasi yang berkaitan dengan desain peta khususnya simbologi. Read more

Map Design 1

,Map Design 1 – Pengaturan tata letak dalam pembuatan peta merupakan sentuhan terakhir yang menentukan kualitas visual dari peta tersebut. Selain memuat informasi pendukung dalam pembacaan peta, tata letak juga memiliki fungsi untuk memperindah tampilan peta. Read more

Peta, Kartografi, dan SIG

Peta, Kartografi, dan SIG – Pemikiran seseorang mengenai sesuatu yang memiliki posisi dapat dikategorikan sebagai salah satu jenis informasi spasial. Penuangan informasi spasial tersebut dapat dilakukan melalui berbagai cara, salah satunya adalah dengan gambaran visual dari suatu realita. Replika dari informasi spasial yang telah dibangun dapat di sebut dengan peta. Peta dapat juga diartikan sebagai gambaran dari permukaan bumi atau fenomena geosfer. Informasi yang dapat dipetakan memiliki syarat bersifat spasial memiliki posisi, baik relatif maupun absolut.

Kembali lagi pada topik sebelumnya, informasi spasial yang terdapat pada pikiran manusia juga dapat dipetakan. Sebagai contoh sederhana adalah pembuatan peta lokasi yang mencangkup rute rumah menuju rumah sakit. Secara sadar, seseorang memiliki ingatan terhadap lokasi suatu objek (site) dan mengkaitkannya dengan objek lain (association). Ingatan itu disebut dengan informasi, sedangkan objek yang ada pada informasi tersebut memiliki lokasi sehingga bersifat spasial. Informasi spasial terkait rute rumah ke rumah sakit dapat digambarkan secara  visual dalam bentuk peta sederhana atau disebut dengan peta mental (peta kognitif).

Peta Mental

Gambar 1. Peta Mental

Peta seperti Gambar 1 merupakan peta sederhana namun tidak memiliki informasi tambahan lain yang penting pada peta. Peta tersebut belum memenuhi kaidah pemetaan namun sudah cukup komunikatif dalam penyampain informasi sederhana. Apabila informasi yang akan dituangkan lebih banyak dan kompleks, seperti informasi penggunaan lahan suatu desa, maka peta seperti Gambar 1 tidak mampu merepresentasikannya. Oleh karenanya, pembuatan peta yang baik tidak dapat dilakukan sembarangan dan membutuhkan ilmu dalam bidangnya.

Kartografi dan Peta

Ilmu pembuatan peta disebut dengan Kartografi, dimana ilmu dan seni digabung menjadi satu untuk menghasilkan peta yang baik dan memiliki nilai estetika. Kartografi sering dikaitkan dengan salah satu ilmu yang berkaitan dengan ilmu Bumi. Perkembangan kartografi sudah sangat pesat dalam kurun waktu beberapa tahun belakangan (baca : Perkembangan Peta dan Kartografi Hingga Saat Ini).  Peta itu sendiri dibagi menjadi dua jenis yaitu peta dasar dan peta tematik. Peta dasar merupakan peta baku yang diterbitkan oleh pemerintah dimana informasi yang terkandung di dalamnya merupakan informasi umum sertaa dapat menjadi acuan yang sah untuk melakukan pemetaan ataupun analisis selanjutnya. Berbeda dengan peta dasar, peta tematik membawa tema atau topik sendiri mengenai suatu fenomena sebagai informasi utamanya. Peta tematik dapat dibuat oleh umum.

Dalam ilmu kartografi, dijelaskan beberapa kaidah yang perlu diperhatikan untuk membuat peta yang baik. Beberapa informasi tambahan yang perlu ada dalam sebuah peta adalah :

  • Judul, biasa digunakan topik/tema dan atau lokasi wilayah yang dipetakan. Judul memberikan gambaran awal kepada pengguna peta mengenai informasi yang tercantum di dalamnya.
  • Grid/Graticule, sistem grid berkaitan dengan sistem koordinat yang digunakan untuk mempermudah pengguna peta menemukan dan menentukan lokasi absolut objek tertentu.
  • Legenda, merupakan dekripsi dari simbol-simbol yang digunakan pada isi/muka peta untuk mempermudah pengguna untuk menafsirkan informasi pada peta.
  • Skala, penting untuk mencantumkan skala numerik (angka) dan atau skala grafis (bar) sebagai informasi perbesaran dan dapat digunakan untuk mengukur akurasi peta tersebut.
  • Orientasi Mata Angin, membantu memberikan orientasi kepada pengguna. Peta tidak harus menggunakan orientasi utara menghadap ke atas, namun lazimnya peta buatan Indonesia menggunakan orientasi utara ke arah atas.
  • Inset Peta, adalah zoom out peta tersebut untuk mengetahui lokasi yang dipetakan dan asosiasi lokasi wilayah kajian.
  • Diagram lokasi, untuk beberapa peta yang terbagi menjadi beberapa lembar perlu untuk dicantumkan sebagai penuntun orientasi wilayah kajian.
  • Informasi tambahan lainnya, berupa informasi datum dan sistem proyeksi yang digunakan, sumber data pembuatan peta, pembuat/penerbit peta, serta riwayat peta.

Dalam pembuatan peta dasar, terdapat kaidah lainnya yang harus sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) yang diterbitkan oleh Badan Informasi Geospasial (BIG). SNI dibedakan berdasarkan jenis peta dasar dan skalanya. Adapun SNI lainnya yang mengatur tentang cara perolehan data atau sumber data yang digunakan untuk pemetaan. Pada SNI tersebut, akan dijelaskan simbologi pada muka peta hingga tata letak peta dasar. Format tersebut sudah menjadi format yang baku di Indonesia. Namun pada peta tematik, belum ada ketentuan khusus mengenai simbolisasi hingga tata letak peta. Selama peta tematik mampu mengkomunikasikan informasi peta dengan baik dan benar,serta memiliki estetika yang indah, peta tersebut dianggap baik.

Sistem Informasi Geografis (SIG)

Dewasa ini, pembuatan peta telah banyak dikembangkan hingga merambah ke dunia digital. Salah satu bidang keilmuan yang memiliki korelasi dengan aplikasi kartografi adalah Sistem Informasi Geografis (SIG). SIG adalah suatu sistem yang digunakan untuk mengubah suatu data spasial menjadi informasi spasial. SIG dapat dilakukan secara manual maupun digital. SIG secara manual dilakukan dengan melakukan tumpang susun (overlay) beberapa peta berinformasi tunggal dengan menggunakan bantuan kertas transparan atau kalkir. Hasil dari overlay tersebut di pisahkan berdasarkan kategori secara manual kemudian dilakukan analisis.

Perkembangan jaman ke era digital memberikan pilihan kemudahan dalam mengaplikasikan SIG. Berbagai produk perangkat lunak pemrosesan SIG telah banyak beredar, baik yang berbayar maupun yang tidak (open source). Masing-masing perangkat lunak tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan (baca : Perbandingan Software SIG Berbayar dan Open Source). Pemilihan perangkat yang digunakan didasarkan pada tujuan dan kebutuhan masing-masing individu. Keuntungan utama menggunakan perangkat lunak SIG adalah memudahkan dalam analisis maupun pembuatan peta. Cara membuat peta sederhana dapat dilakukan mandiri dengan acuan Tutorial Pembuatan Peta Sederhana yang Baik Menggunakan ArcMap 10.1.

SIG memiliki banyak peran, tidak hanya membantu dalam pemetaan, namun dapat digunakan untuk melakukan pemodelan spasial baik yang bersifat 2D maupun 3D. Pada beberapa software berbayar, pemodelan juga dilengkapi oleh tool pembuatan animasi (model dinamis). Dengan menerapkan aplikasi SIG, analisis spasial lebih mudah dilakukan. Beberapa analisis yang sering dilakukan dengan SIG antara lain analisis multitemporal, analisis cluster, analisis jaringan spasial, dan analisis melalui model 3D.

Untuk lebih meningkatkan skill dalam mengoperasikan aplikasi SIG dan membuat peta/model yang baik, bisa bergabung dalam pelatihan SIG dasar dan SIG Lanjut yang diselenggarakan oleh TechnoGIS. Informasi lebih lengkap dan reservasi dapat dilakukan disini.

Perkembangan Peta dan Kartografi Hingga Saat Ini

Perkembangan Peta dan Kartografi Hingga Saat Ini – Sebelum memasuki pembahasan mengenai perkembangan peta, pengertian mengenai peta dan kartografi harus dipahami terlebih dahulu. Penjelasan mengenai pengertiannya dapat dibaca disini , sedangkan untuk teknik pembuatan peta bisa ikuti pelatihan pembuatan peta disini.

Periode Awal

Pengetahuan mengenai teknik menggambar lokasi atau sesuatu yang menunjukkan suatu tempat sudah ada sejak 2300 SM oleh bangsa Babilonia. Pada mulanya peta digambarkan pada batu atau tanah liat berukuran kecil sebagai petunjuk arah. Namun pada zaman Yunani Kuno, perkembangan peta sangat pesat. Adanya penemuan teori yang menyatakan Bumi itu bulat oleh Aristoteles semakin mendorong pembuatan peta yang semakin baik. Pada periode ini, peta masih dibuat dengan tulisan tangan.

Semakin berkembangnya ilmu pengetahuan, perkembangan pembuatan peta pun mulai memasuki ranah matematis. Pengukuran jarak pun dijadikan salah satu alasan untuk mengubah peta yang dibuat menjadi sesuatu yang memiliki nilai absolut. Pada masa ini, penggunaan skala dalam merepresentasikan gambaran peta sudah mulai digunakan. Tepatnya pada pada tahun 150 SM, peta dunia pertama yang memiliki bentuk kerucut dengan menggunakan garis khayal yang membagi Bumi menjadi beberapa bagian berdasarkan garis tertutup melintang dari sisi barat ke timur melingkari Bumi yang disebut dengan garis Lintang. Peta tersebut diterbitkan oleh seorang ahli geografi bernama Ptolemeus. Sejak saat itu, ilmu Geografi, khususnya pembuatan peta atau kartografi menjadi berkembang lebih pesat.

peta karya ptolemeus

Gambar 1. Peta Dunia Pertama Karta Ptolemeus

Periode Pertengahan

Pada periode pertengahan, lebih tepatnya abad ke 15 – 17, perkembangan peta menjadi lebih maju. Pembuatan peta pada abad ini masih menggunakan tangan dan disebarluaskan secara terbatas. Tidak jarang masih banyak kesalahan-kesalahan yang terdapa pada peta seperti informasi orientasi yang tidak sesuai atau skala yang tidak ptoporsional. Hal tersebut dikarenakan masih minimnya peralatan yang digunakan sehingga semua bergantung pada ingatan dan imajinasi kartografer yang membuatnya. Namun peta-peta yang dihasilkan pada periode ini memiliki nilai seni yang tinggi. Sistem pewarnaan dan teknik penggambaran menghasilkan peta yang sangat artistik.

Gambar 2. Salah satu peta pada periode pertengahan

Periode Modern

Memasuki periode modern, yakni diatas abad ke-17, perkembangan peta mulai memperhatikan akurasi dan presisi objek yang digambarkan. Seiring dengan perkembangan zaman ke era digital, pembuatan peta pun beralih menggunakan berbagai peralatan. Perkembangan awal digitalisasi peta adalah dengan menggunakan bantuan meja digitizer, dimana meja tersebut dikoneksikan pada perangkat lunak pengolahan peta dan perangkat keras komputer. Digitasi dilakukan dengan menggunakan mouse pen dengan hasil digitasi dapat di lihat pada layar monitor komputer. Namun pada saat ini, penggunaan meja digitizer telah banyak ditinggalkan, karena dianggap kurang praktis. Saat ini lebih banyak pembuatan peta dengan menggunakan on screen digitatioyang berbekal layar monitor komputer atau komputer nirkabel dan mouse. Jika dilihat dari segi kepraktisannya, memang digitasi on screen lebih banyak memberikan kemudahan, terlebih meja digitizer tidak dapat di praktis untuk dibawa berpindah-pindah tempat. Namun dari segi ketelitiannya, meja digitizer memiliki ketelitian yang lebih baik dibandingkan dengan menggunakan digitasi pada layar.

Perkembangan tersebut diiringi dengan perkembangan SIG dan Penginderaan Jauh (PJ) sebagai patner yang digunakan dalam pembuatan peta. Pemrosesan SIG dan PJ berkaitan erat dengan pengubahan sumber data spasial menjadi suatu informasi spasial pada peta. Informasi-informasi yang digunakan pada peta saat ini pun lebih kompleks dan terstruktur jika dibandingkan dengan peta-peta pada periode pertengahan atau awal.

Tertarik untuk mempelajari pembuatan peta?Ayo gabung dengan kami di Pelatihan TechnoGIS Indonesia. Ada berbagai pilihan pelatihan dengan materi yang lengkap. Jangan lewatkan promo-promo serunya, hanya di TechnoGIS. Untuk pertanyaan dan reservasi, dapat hubungi kontak kami di [email protected] atau melalui live chat kami disini.